Jam 12 tepat.
Jimin tiba-tiba banting pintu rumah, lempar sepatu, dan banting pintu kamar kemudian melempar tas sekolahnya tepat ke jendela kamar. Untung tak ada barang yang pecah atau menjadi korban karena tas Jimin hanya berisi kabel charger dan sebuah buku naskah teater.
Sang ibu yang semula berada di dapur tiba-tiba menyusul anak bungsunya itu. Khawatir terjadi sesuatu pada Jiminnya karena pulang sekolah lebih awal dari biasanya.
Sejak kelas sebelas, normalnya paling cepat jadwal Jimin pulang adalah pukul 3 di hari biasa dan pukul 5 pada hari sabtu karena ekskul yang diikutinya. Atau, jika masa ulangan, Jimin akan pulang sekitar jam 10.
Tapi Jimin tidak pernah tidak melapor kalau akan ulangan, dan ini juga hari sabtu. Jangan jangan Jimin sakit? Atau jangan-jangan kabur?
" Kenapa Dek? " Tanya sang ibu dengan panggilan khasnya meskipun Jimin selalu protes dan ingin juga dipanggil kakak.
Jimin yang semula bengong di tepian ranjang, tersentak karena kedatangan sang Ibu yang tiba-tiba masuk dan berdiri sambil memegang pundaknya. Ditepisnya halus tangan sang ibu, kemudian memilih bangkit dan mengambil beberapa barangnya yang berserakan termasuk tas sekolahnya yang tergantung mengenaskan.
" Gapapa. " Jawabnya singkat. Menimbulkan kerutan di kening dan tatapan curiga dari sang Ibu.
" Sakit ya? Kok udah pulang? Mama aja belum selesai masak makan siang. " Sang Ibu ikut membantu memunguti kaos kaki yang berada di bawah ranjang lalu menghampiri anaknya yang menjawab pertanyaannya dengan sebuah gelengan kaku.
" Dek, kamu tuh anak Mama. Dan Mama kenal kamu bukan setahun-dua tahun, loh. Masih mau nutup-nutupin sesuatu dari Mama? "
Jimin menghela napas. Ia terkadang lupa kalau sifat keras kepalanya ia dapatkan dari sang Ibu yang jauh lebih keras kepala. Maka menoleh lah Jimin, memegang jemari lentik sang ibu, kemudian menjawab.
" Engga, Jimin cuma bete, tadi anak-anak teater susah diatur, cape jadi Jimin tinggal pulang. "
" Emang mereka ngapain? "
" Biasa, pada protes waktu dibagi peran. "
" Terus kamu tinggalin karena kesel gitu? "
Jimin mengangguk lalu nyengir lebar demi meyakinkan sang Ibunda tercinta agar tak mengkhawatirkannya dan segera memberinya waktu untuk sendiri.
" Meh, Payah! Gimana mau jadi sutradara film box office kalo ngatur anak-anak teater aja ga bisa. "
Jimin speechless sambil melongo menatap Mama yang sudah berjalan pergi setelah menyikut lenganya dan sedikit menghinanya.
Kemudian Jimin hanya menutup pintu seraya tersenyum kecut, merasa kesal karena perlakuan Mamanya dan perasaan bersalah yang timbul karena telah membohongi Ibunya sendiri.
" Dasar emak-emak "
Ungkapnya menguapkan kekesalan yang dialaminya hari ini. Bukan, Bukan karena sang Mama tentu saja. Namun karena hal lain yang tak bisa ia ungkapkan di depan Mamanya dan harus membuat sebuah kebohongan kecil demi menyembunyikan hal tersebut.
•
•
•
" Jimin kemana? "
Satu pria berambut merah cabai mendongkak tanpa melepaskan sedotan dari belah bibirnya. Matanya yang tajam mendelik malas pada pemuda berambut coklat dengan seragam Pramuka Lengkap yang terlihat lembab karena keringat.
" Balik. " Jawabnya ogah-ogahan.
Si rambut cokelat mengerutkan kening seraya sedikit menggebrak meja. " Kok lu biarin balik, sih? Gue kan mau— "
" Terus gue harus biarin Jimin nangis guling-guling di sini karena ngeliatin lo digerayangin cewe-cewe gitu? " Taehyung berdiri, membusungkan dadanya seolah sedang menantang pemuda di hadapannya.
Belum lolos kalimat yang akan ditanyakan Jungkook; si rambut cokelat, Taehyung sudah kembali menyerangnya.
" Ga mungkin lah, Bangsat! "
Jungkook yang mulanya bingung pada akhirnya terpancing juga karena diumpati oleh sahabat dekat pacarnya itu karena belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
" Apaan si, Anjing?! Biasa aja kali, gausah ngegas! "
" Lu juga nge-Gas, Nyet! " Taehyung mencengkeram dasi merah-putih alias kacu yang Jungkook kenakan, membuat yang lebih muda semakin terpancing karena harga dirinya seperti dilecehkan.
" Lu yang duluan, Setan! " dada Taehyung didorong sekuat tenaga.
" YA MAKANYA JANGAN KEGATELAN! "
Semua orang mulai berkerumun dan mulai memegangi kedua pria yang sudah mulai saling menyerang fisik.
" SIAPA YANG KEGATELAN BGST?! "
" CEWE-CEWENYA YANG GATEL, LU NYA DOYANG NGEGARUK! "
" ANJING! NGOMONG SEKALI LAGI LU, CUNGKRING! "
" BACOT! NYESEL GUA NYERAHIN JIMIN KE BAJINGAN SOK GANTENG KE ELU!!! "
" GUA EMANG GANTENG DARI SPERMA! "
Ok, yang terakhir itu merusak suasana, dan membuat keinginan Kim Taehyung untuk memukul wajah itu menghilang.
" Anjing. " Taehyung langsung tancap gas mengabaikan lolongan Jungkook.
—
Hai!
First Time bikin lokal AU sama non-baku. Maaf karena banyak kata-kasar, terinspirasi dari kemarahan seorang kakak yang ga terima adiknya diselingkuhin sampai gelud :)
Minta vote dan komen, biar semangat lanjut!
Kookmin? Vmin? Atau Vkookmin?
Suka Jimin jadi anak tunggal atau anak bungsu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot; kookmin
FanfictionKookmin lokal AU! Menceritakan tentang kisah Park Jimin yang punya pacar idiot yang keidiotannya melebihi orang yang idiot beneran.