●○●1●○●

102 38 0
                                    

Hai, aku Elluna Ifi. Mungkin juga Ipi atau Pi. Apa ada nama yang lain? Ya. Kalian juga bisa memanggilku Si Cupu. Itu nama yang Bianca berikan kepadaku. Dan siapa itu Bianca? Bianca adalah salah satu dari masa lalu yang ikut terbawa sampai sekarang.

"Cupu!"

Apa aku bilang.

"Bi jangan menganggu Pi!"

"Heem"

"Titik ini Kalimati, 2700 mdpl. Break, kita butuh tenaga banyak!"

Dan yang barusan menegur Bi adalah Kak Geo. Seniorku di Kampus.

Aku menghembuskan napas perlahan. Di sini tempat aku berpijak yaitu Kalimati, 2700 mdpl. Sejak aku tiba di Kalimati telingaku terus mendengar seruan-seruan para pendaki lain yang baru saja tiba. Di sini pula suasana puncak Mahameru sudah mulai terasa. Debu vulkanik terlihat berjatuhan di sekitar kami, ya karena Gunung Semeru adalah gunung api yang masih aktif. Mataku menyapu sekeliling, bibirku mengalun senyum.

Tiba saatnya kami membagi tugas. Ada yang mendirikan tenda, menyiapkan makanan, minuman, dan masih banyak lagi. Tugasku kali ini adalah mendirikan tenda. Setelah semuanya beres kami berkumpul sejenak menikmati suasana malam di Kalimati menunggu waktu istirahat tiba.

Samping kananku ada Kak Huda, seniorku di Kampus. Samping kiriku ada Bianca, kalian pasti tahu siapa Bianca. Aku bersama 14 teman-temanku berangkat dari jalur Ranu Pani.

Malam ini akan aku sumbangkan suaraku. Andai tadi Kak Geo tidak memaksaku, maka tidak akan ada yang sakit telinga malam ini. Kak Geo sedang menyetem gitarnya, entah darimana Kak Geo mendapatkan gitar tersebut. Barangkali meminjam dari pendaki lain.

Jreng

Selain bernyanyi kami juga berbincang-bincang banyak hal, hingga tak terasa sudah waktunya untuk istirahat.

"Hei Pi, sungguh suaramu sangat merdu" puji Mala.

"Aku kira kali ini akan ada yang sakit telinga karenaku"

Mala tertawa lantas bergegas menuju tenda.

"Pi istirahatlah, persiapkan dirimu" seru kak Pandu.

"Ya kak, sebentar lagi" jawabku.

"Oke, aku ke tenda duluan"

Kututup mataku sejenak lalu kubuka kembali. Aku sudah berusaha untuk melupakanya tetapi tidak bisa. Aku kira dengan mendaki aku bisa lupa dengan hal itu. Nyatanya, tidak sama sekali.

"Jadi seperti ini jika seorang sedang putus cinta"
Aku menoleh, Kak Geo berjalan menuju ke arahku dengan tangannya yang membawa segelas air putih.

"You thirsty? Have a drink" tawar Kak Geo.
(kamu haus? Minumlah)

"Makasih Kak"
"Tunggu, aku tidak sedang putus cin-"

"Jelas-jelas kamu sedang memikirkannya kan? You should now get rid of that"
(Kamu sekarang harus menyingkirkan itu sejauh mungkin)

"Hufft, bagaimana?"

"Dari hatimu La, kamu jangan menyiksa dirimu sendiri. "

Aku menoleh, berhadapan langsung dengan wajah tampan Kak Geo.

"Nih ya berharap itu boleh. Tapi jangan jadikan harapan sebagai duri di hatimu. Kamu sudah tahu dia seperti apa? Dan kamu masih menginginkannya itu sama saja menabur garam dalam luka Pi "

Aku mengangguk.

"Memang move on itu ga segampang membalikkan telapak tangan. Tapi, ikuti alurnya saja"

3676 | Si-lebahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang