"Aku sedikit gak setuju sama teori kalo setiap kehidupan makhluk hidup itu sudah ditakdirkan." ujar Chimon menutup novelnya.
"Kenapa?" Nanon menatapnya dengan heran.
"di-Takdir-kan. Kata yang kurang pas. Kesannya dipaksa."
"Lalu?"
"Menurut opiniku, justru Makhluk hidup yang membuat takdirnya sendiri. Makhluk hidup yang menentukan arah mereka akan kemana."
"Kok berfikir gitu?"
"Karna pada kenyataannya, kita yang memilih kebahagiaan sendiri. kita yang mencari tujuan. bukan tujuan mencari kita. Kalo memang kehidupan makhluk hidup sudah ditakdirkan, kenapa kita harus susah payah berusaha demi dapatkan apa yang kita mau? kenapa ga kita diam dan bersantai daripada membuang waktu mencari ini itu tapi ternyata takdir berkata lain dan gak sesuai sama apa yang kita tuju."
"Hmm," Nanon berpikir mencerna ucapan Chimon, "Tapi aku percaya sama takdir. Dan menurutku meskipun hidup kita sudah ditakdirkan akan begini atau akan begitu, setidaknya ketika kita belum bisa mencapai tujuan, kita akan dapat pengalaman dan nilai berharga. entah dari kegagalan, rasa jenuh atau bahkan putus asa. dan ketika kita bisa melewati semuanya dan mencapai tujuan, kita akan merasa lebih bangga dan berharga terhadap upaya dan kerja keras yang sudah dikeluarkan demi meraih tujuan."
"Jadi, apa kamu sudah mencapai tujuan kamu?"
"Untuk saat ini belum. tapi aku masih berusaha dan berupaya. tujuanku sudah di depan mata tapi aku sadar, tidak akan semudah itu buat aku raih."
"Emang apa tujuan kamu?" tanya Chimon disela tegukannya macchiato-nya.
"Kamu."
Chimon tersedak, "Hah?"
"Tujuanku, Kamu. Dan aku percaya kalo pertemuan kita itu sudah ditakdirkan."
----------
tbcyeee, kardus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Someone [ COMPLETED ]
Fanfiction"I think i fell in love." "Who do you love?" "Someone." Nanon Korapat Kirdpan, jomblo dari lahir yang entah ia harus merasa senang atau sedih ketika cinta pertamanya berlabuh pada seorang pria yang pernah memarahinya di satu kedai kopi, Chimon Wachi...