1. Pandu

19 1 2
                                    

"pandu adalah pramuka dan pramuka adalah pandu. Aku adalah Pandu!"
_Pandu_

***

  Namanya Hamzah Alfansuri. Sejak semasih bayi Dia dipanggil fan oleh keluarganya. Namun, fan kecil masih kaku mengatakan fan hingga terdengar menjadi Pan.

    Itu yang diceritakan Pandu padaku. Aku tertawa kecil, menatap wajah pandu, membayangkan rupanya saat kecil. Pasti tak imut, kataku. Pandu menggeram, urung melanjutkan ceritanya. Tentu saja, Dia tetap bercerita atau setidaknya mengatakan apa yang Aku mau tau saat ditanya.

    "Lantas, kenapa jadi pandu?" Tanyaku sok tak peduli, menatap jalanan yang lenggang.

   "kau suka nonton film pahlawan?" intonasi suara itu, Dia kembali antusias.

    "semua film pahlawan super, Aku tonton!" Seruku. tersenyum menatap mata cokelat Pandu.

   "Bukan pahlawan itu yang Aku maksud. Tapi pahlawan Indonesia, Pahlawan kemerdekaan. Pahlawan Nasional," terang Pandu. Tentu saja, Aku tau yang Pandu maksud. Dia memiliki VCD film-film Indonesia, termasuk pahlawan Indonesia yang di katakannya. Aku mencoba bergurau, tapi Pandu jelas tak menganggapnya begitu—menganggap Aku bodoh malah. Aku ber-oh ria menanggapi perkataan Pandu.

   "Saat Aku kecil, di salah satu film itu, terdapat kata pandu. Mereka meneriaki kata itu lantang," mata Pandu berbinar, mengingat kejadian tersebut.

   "Mereka memanggilku, mereka meneriaki Namaku. Aku di sini, Pandu di sini," Pandu berkata takzim, tangannya mengepal di dada, semangat.

   "Saat kecil kamu mengatakan itu, Pandu?" Tanyaku, mengusir lamunan Pandu.

   Pandu menoleh, santai berkata, "sejujurnya Aku tak ingat, kenapa setelah menonton film itu Aku di panggil Pandu."

   Aku mendecak, menggeleng kasihan, "Judul film yang kamu tonton, ingat?"

    "Lupa," Pandu mengangkat bahu, berkata santai.

   Aku tertawa kecil, "lalu, sampai sekarang kamu tetap lebih dikenal dengan pandu, ketimbang nama aslimu?" Pandu mengangguk sebagai jawaban.

   "Itu tidak menjelaskan kenapa kamu mau masuk Pramuka?" Tanyaku, "kamu harusnya menceritakan tentang itu kan, pan."

  "Kau pasti tau, wan. Sebelum istilah pramuka mashyur pertama kali pada tahun 1961, dari usul Sri sultan Hamengkubewono IX. Kita memakai kata pandu, dari usul KH. Agus salim," jelas pandu riang.

  Aku cukup tau tentang itu, poromoko, asal kata pramuka yang berarti garda terdepan dalam perang, bisa juga bermakna ganda PRAja MUda KArana atau rakyat muda yang suka berkarya. Benar, pandu lebih suka kata pandu, kata yang memandunya dan kata yang memanduku juga.

   "pandu adalah pramuka dan pramuka adalah pandu," Pandu berkata takjim, "Aku adalah Pandu."

   Itu merupakan kalimat yang spektakuler, Aku agak terguncang mendengar itu. Tersenyum.

   "Kalau kau," tanya pandu balik, "kenapa kau masuk gerakan pramuka?"

   "Bukan hal besar, hanya coba-coba. Dulu, saat kamu mengangkat tangan mantap. Aku tergerak mengikuti,"  ungkapku, sedikit malu.

  Pandu berdehem, "saat ditanya dulu, kau bilang ingin mencari pengalaman dan menjalin pertemanan. Keren!"

   Aku menangkap maksud pandu, kemudian berkata, "ditanya begitu, didepan banyak orang. Wajar saja aku merangkai kata yang bagus."

"Iya, dah." Jawab pandu sekenanya.

***

   Di atas adalah sepenggal percakapan kami, aku putuskan akan aku paparkan dalam awal Bab, bukan karena itu cocok sebagai bagian pembukaan, tetapi lebih dikarenakan itu adalah akhir yang menggembirakan dan terpenting lebih menjelaskan sosok pandu.

   Sosok yang akan memandu kami menuju jalan yang benar.

Terima kasih...

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang