Pria itu terlihat sudah mengelakan nafasnya berkali-kali
"kan gue udah bilang sen, lu batu udah gue kasih tau"
"ya kan mana gue tau kejadiannya bakal begini"
"yaudah gini deh, lu sekarang minta kontak mereka sama Nyonya Besar dari pada kena masalah lu" pria berkaca mata itu pun langsung menghubungi yang dikatakan oaleh pria sebelahnya
tuuut tuut tuut
"KAN UDAH MAMA BILANG! KAMU ITU CARI PENDAMPING BIAR GAK KAYAK GINI LAGI" Seno pun menjauhkan HP yang ada di telinganya
"yaudah ma maaf deh, nanti masalah ini biar Seno urus, cuman Seno minta alamatnya, biar seno gampang carinya" hanya terdengan helaan nafas di sebrang, Seno hanya bisa meringis ia tau ini salahnya
"yaudah nanti mama kasih"
panggilan pun terputus
Alvaro hanya melihat sahabatnya dengan tatapan kasihan "udah deh lu gausah natap gue kek gitu"
"yauda maaf boss" Alvaro pun meninggalkan Seno di ruangan yang seharusnya ada pertemuan penting siang tadi.
Seno pun juga meninggalkan tempat itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan(?)
***
Seno Ardha Wardhana
pengusaha muda, tampan, sempurna dimata kaum hawa, tapi tetap saja dia hanyalah seorang anak dari salahsatu pengusaha yang sangat terkenal dan seorang ibu rumah tangga yang sangat dia sayangi.
hidupnya? membosankan, kerja kerja, kerja. gaada kata lelah. Seno sendiri gak mengerti mengapa dirinya seperti itu, tetapi dia suka menjalani hidup seperti itu
"sen sen udah papa bilang mending kamu cari deh cewe, biar mama gak ngomel ke papa terus minta dicariin menantu" paruh baya itu hanya menyeruput kopi yang ada di depannya sambil menatap anak sulungnya ini
"yauda pah cariin aja, lagian Seno gapunya waktu untuk itu" ujar Seno sambil menyeruput cappucinonya
"anak yang lain maah pada gamau, ada yang sampe kabur, ada yang sampe ngancem bunuh diri, sampe sampe ada yang operasi pelastik biar kabur dari orang tuanya biar gak dijodohin lah kamu, aneh kamu" cerocor Dario ke Seno
"yaudah untung seno gak gitu" santai Seno
"ishh"
"hehehe, lagian papa ini aneh, udah lah Seno pengen pulang, kangen Nyonya Besar" kekeh seno langsung mengambil jas serta kunci mobil yang dia letakan di depannya
***
"mamaaaaa"
"mamaaaaaaa ku sayang"
"mama ku yang paliiiiiing cantik"
"seno ganteng pulang"
Seno mencari di sudut rumahnya tidak terlihat juga wanita paruh baya itu
"apa?" ujar Oline yang sendang menggunakan Aprone yang ia pakai untuk membuat kue
"maa jangan marah sama Seno ah, janji deh kalo mama mau jodohin Seno, Seno terima, siapapun, janjji" ujar Seno sambil memeluk wanita itu dari belakang dan menempatkan dagunya di pundak Oline
"hmm"
"ish" seno melepaskan pelukannya dan bersiap ke kamarnya, hari ini adalah hari terlelahnya.
"nanti jemput Asqia di sekolah seno, jangan di musuhin lagi adik kamu itu, dia nangis semaleman gara gara kamu sama Gavin gak nemenin dia nonton drama" ujar Oline sambil mengambil tas dan melepaskan dasi anaknya
"ya ampun dia nangis?"
"iya, dia gak ngomong, cuman matanya sembab, sama banyak tissue di tempat sampah kamarnya, kayaknya mau masuk period dia deh" Oline menjelaskan
"yaudah nanti seno jemput, seno mau ganti baju dulu"
###
segini dulu ya, maaf ini buku pertama.
jadi sorry kalo gajelas
sekian
-m
*typo, comment please!