Mine is yours and yours is mine

166 9 9
                                    

Sepasang bola mata sebiru lautan bergerak menatap keluar kaca gedung kantor enam lantai. Kedua tangan terlipat di depan dada. Pandangan terus berfokus pada pemandangan kota di malam hari yang bertaburkan salju putih. Di belakangnya, sebuah jendela program khusus desain di laptopnya kini berganti menjadi foto seorang pria tersenyum ke arah kamera sambil bersandar pada bahu pria lain yang juga tersenyum, namun matanya tertuju pada pria yang menyandarkan kepala padanya. Semua orang yang melihat tentu saja akan menganggap mereka saling cinta dan sudah menjadi sepasang kekasih.

Cklek. Satu-satunya pintu di ruangan tersebut terbuka. Sosok pria berambut silver berjalan mendekat.

"Setelah menolak pesta, kau masih di sini, Bos?" tanyanya seraya geleng-geleng kepala.

Si pemilik ruangan berbalik dengan senyuman manis di wajah. "Ada yang salah jika aku berlama-lama di sini?"

Pria yang memiliki name tag 'Saeki Koujirou' itu mengangkat kedua bahu. "Terserah, deh." Ia menaruh sebuah bingkisan di atas meja sebelum ikut melipat kedua tangan di depan dada. Seringaian memikat hati dilayangkan namun sayangnya tidak berpengaruh pada lawan bicaranya.

"Kado dariku dan Neesan," ucap Saeki.

Tanpa meminta izin, sang bos mengambil bingkisan dan melihat isinya. "Sankyuu."

"Kau serius tidak pulang, Fuji?"

Helaan napas terdengar kemudian menjawab, "Percuma pulang cepat kalau tidak ada orang di rumah."

"Hmm..." Saeki tersenyum lalu berbalik. "Tapi barusan sekretarismu menitipkan pesan, ada seseorang yang menunggumu di lobi."

Fuji Syusuke termenung beberapa saat. Ia tertawa pelan, "Maa, mungkin aku harus beres-beres sekarang." Mata biru itu sempat menatap punggung Saeki sebelum menyimpan data dan menutup program di laptopnya. "Bilang terima kasih juga untuk Neesan-mu. Lain kali aku akan berkunjung," ucapnya tanpa ada niatan untuk menutupi rasa bahagia di hati.

"Semoga malammu menyenangkan, Bos~"

"Aa, sankyuu, Saeki."

Seperempat jam berlalu, Fuji keluar dari ruang kerja dan masuk ke dalam lift. Ia membawa beberapa bingkisan di tangan kiri, sementara tangan lainnya membawa tas kerja miliknya yang berbeda dari tas pegawai kantoran biasa. Tas tersebut berwarna cokelat dengan ukuran yang cukup besar karena memang didesain khusus untuk dapat memuat alat bantu kamera DSLR.

Ding. Pintu lift pun terbuka. Matanya langsung menangkap sosok familiar tengah duduk di kursi tunggu lobi.

Di belakang meja regis, dua petugas keamanan yang berjaga membungkuk. "Otsukaresama, Bos."

Fuji tersenyum. "Hm, otsukare~ Hari ini pun mohon bantuannya."

"Siap!" Dua petugas yang masih muda itu tidak segan membalas sikap sang bos yang kelewat ramah.

"Sepertinya aku harus memotong uang lembur kalian karena tidak mengatakan apa-apa soal dia?" Wajah Fuji tampak masih tersenyum santai sambil menunjuk orang yang dimaksud dengan ibu jari.

Seketika petugas yang tidak bersalah melotot. Salah satunya langsung bereaksi, "Tapi Bos—"

"—bercanda." Pemuda cantik itu tertawa sebelum berbalik menuju tamu tak diundang yang sudah berdiri memperhatikannya. Begitu sampai, tanpa malu-malu ia berjinjit di depan sang tamu dengan tangan kanan menyentuh dada yang ditutupi sweater ungu dan jaket kulit hitam kemudian mencium bibirnya. Fuji masih mempertahankan jarak intim di antara mereka saat bertanya, "Apa ini termasuk kejutan darimu?"

Sweet MissionWhere stories live. Discover now