Naruto povKonoha, 12 Januari 2015
Aku disini. Sebuah rumah besar yang penuh pernak pernik mahal. Dirumah sebesar ini apapun mungkin terjadi, mulai dari hal baik sampai hal buruk, dan inilah yang tidak aku harapkan. Aku bukan pemilik dari mansion megah ini, aku hanya sekedar menumpang. Catat itu, menumpang.
Ayahku sudah meninggal dua tahun yang lalu dan ibuku bahkan sudah meninggal sejak aku lahir. Aku benci pada takdir yang seolah mempermainkan diriku. Takdir membuatku terlihat bodoh dan tidak berdaya.
Jangan tanya mengenai bagaimana sekarang aku disini, aku hanya menerima kebaikan dari teman lama ayah dan ibuku, mereka adalah Uchiha Fugaku dan istrinya, Uchiha Mikoto. Pasangan suami istri Uchiha itu menawarkan bantuan padaku sejak mereka datang pada pemakaman ayah. Dengan begitu baiknya mereka memberiku rumah, pakaian dan makanan yang layak, selain itu aku juga dapat bersekolah di tempat elite.
Jangan anggap itu sepenuhnya sebagai keberuntungan, karena pada dasarnya aku mungkin tidak hanya sekedar beruntung tapi tersiksa. Disini dua bersaudara Uchiha membuatku muak. Si sulung, Uchiha Itachi sering pulang dalam keadaan mabuk dan beberapa kali melakukan percobaan pemerkosa terhadapku, untungnya orang itu sudah memutuskan untuk pindah ke Canada. Dan si bungsu, Uchiha Sasuke adalah playboy brengsek yang beberapa kali membawa wanita ke dalam kamarnya. Entah setan apa yang merasuki ku sehingga aku menerima tawaran Sasuke untuk menjadi kekasihnya. Hal itu membuatku sama sekali tidak bahagia, aku tersiksa, lebih tepatnya muak setengah mati.
Hampir tiap hari aku melihatnya berjalan dengan wanita baru. Sungguh miris. Aku selalu memikirkan tentang siapa aku di dalam hatinya, ah.. mungkin aku hanya teman di kasur, tak lebih, sama saja seperti wanita lain yang masuk ke dalam kamarnya. Memikirkan nya saja membuat perutku mual. Tapi seperti biasa, aku pantang menangis, toh aku sudah kebal.
Seperti biasa aku melewati kamar kekasihku dan seperti biasa juga aku mendengar suara wanita yang dengan manja bergelayutan ditangan alabaster 'kekasihku' . Ah, terserah. Aku sudah malas menegur nya, dia pikir dia siapa. Teme.
"Ayo lah Sasuke-kun" pekik manja perempuan berambut pirang coklat muda pada Sasuke. Aku hanya memandangi mereka dari celah kecil pada pintu kamar Sasuke. Yaaa.... seperti biasa Sasuke tidak pernah mengunci pintu saat membawa siapapun ke kamarnya, seolah ingin menyiarkan kegiatan mereka di dalam kamar, dasar Teme playboy sok ganteng.
"Hn"
"Cium aku~" rengek perempuan itu. Kalau tidak salah ia adalah seorang cheerleader di sekolah, ia cantik dan kelihatan feminim. Namanya Ino, ya namanya Ino.
Mereka berciuman dengan begitu dalam. Perempuan itu mengalungkan tangannya pada leher Sasuke, sementara Sasuke memegang tengkuk perempuan itu untuk memperdalam lagi ciuman mereka. Aku merasakan mataku mulai memanas, tapi tidak, aku tidak akan menangis, masa bodo dengan si Teme!
Sasuke melihat ke arah pintu, dengan sigap aku segera bersembunyi, haduh pasti akan sangat memalukan kalau aku ketahuan mengintip. Aku segera berlari kecil masuk ke dalam kamar ku yang hanya berjarak dua ruangan dari kamar Sasuke Teme.
Aku mengunci kamarku. Aku terduduk di kasur sambil menatap foto ayahku di meja belajar.
"Kenapa aku harus ada disini ayah?" Tanya ku dengan suara lirih.
"Cinta apa yang ada pada diriku? Aku sangat bodoh membiarkan diriku tersiksa? Aku membencinya tapi disisi yang berlainan aku juga mencintainya. Aku memang bodoh ayah. Tolong keluarkan aku dari sini" Sambung ku lagi dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Aku merasakan air mataku jatuh, dengan kilat kau menghapus air mata itu. Aku sudah bersumpah di depan makam ayahku untuk tidak akan menangis bila melihat Sasuke bersama orang lain, aku sadar posisi ku, aku hanya menumpang. Aku juga bersumpah akan sabar dengan apa yang Sasuke lakukan, setidaknya sampai ia bosan dan membuang ku, anggap saja balas budi karena ia sudah berbaik hati mau mengantar jemput dan menjaga ku selama disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Ada PDF)
FanfictionSebuah kisah cinta yang akan mengajarkan kaljan untuk saling terbuka satu sama lain. Rasa kecil hati hanya akan membuat kalian merasa tersakiti. Bagi Naruto seharusnya ia tidak usah mengenal Sasuke karena yang didapat dari pria tampan itu hanya lu...