Perpustakaan

260 53 2
                                    

Saat tepat berada di depan Taeyong, Jaehyun telah berhasil mengeluarkan apa yang dicarinya dan menyodorkan benda hijau itu ke hadapan Taeyong.

“Punyamu…”

“Pa-payungku… kok bisa?”

.
.
.

“Terima kasih…” Jaehyun membungkuk singkat setelah payung di tangannya berpindah ke tangan Taeyong.

“H-ha?”

Setelah memberikan senyum berlesung pipi andalannya, Jaehyun melenggang pergi menuju tempat duduknya sendiri, meninggalkan Taeyong yang masih melongo entah memikirkan apa.

“Ya! Orangnya sudah pergi tuh, masih terpesona, eoh?” tepukan di bahu Taeyong berhasil menyadarkannya dari lamunan beberapa detiknya. Taeyong mendelik ke arah Doyoung begitu mencerna apa yang dikatakan sahabatnya barusan.

“Aku bukannya terpesona bodoh. Aku cuma heran…”

“Aku juga heran, kenapa si hijau kesayanganmu itu bisa ada pada Jaehyun. Aku tak menyangka hubungan kalian sudah sejauh saling meminjamkan barang. Apa kejadian kemarin lusa itu begitu membekas di hatimu? Ckckck…” Doyoung berdecak tak habis pikir.

“Jaga mulutmu, kalau ngawur jangan keterusan!” kesal Taeyong menjepit kedua bibir Doyoung agar berhenti bicara.

“YAAA!!”

Tak memedulikan teriakan protes Doyoung, Taeyong melanjutkan ceritanya. “Aku memang meminjamkan payungku kemarin lusa makanya aku kehujanan. Tapi aku sama sekali tidak meminjamkannya pada laki-laki itu.”

“Lalu pada siapa?”

“Pada seorang anak laki-laki, masih SD, yang waktu itu berteduh bersamaku di emperan toko. Ya ampun! Aku lupa kami berjanji bertemu kemarin pagi untuk mengembalikannya!”

“Ya sudah, biar saja, yang penting payungmu sudah balik kan?”

“Tidak, bukan itu masalahnya, kemarin pagi kan juga hujan, bagaimana kalau anak itu menungguku lama sementara aku malah tidur di rumah?! Ya ampun… kasihan sekali dia…”

“Kau kan punya alasan, lagipula sekarang payungnya sudah kembali. Yang jadi masalah sekarang adalah bagaimana payung itu bisa ada pada Jaehyun?”

“Eoh… apa hubungannya dengan anak itu? Bagaimana payungku bisa ada padanya…”

“Tanyakan saja.” sahut Doyoung santai. Taeyong mengerucutkan bibirnya.

“Kau benar, sepertinya harus kutanyakan.”

.
.
.

“Ketua kelas maju ke depan. Undi nama teman-temanmu dan kelompokkan berpasangan untuk tugas presentasi yang sudah kujelaskan tadi. Sisanya kuserahkan padamu Taeil-ah…”

“Siap, ssaem.” Taeil, selaku ketua kelas membungkukan badannya saat Lee-seonsaengnim keluar kelas setelah memberikan amanat padanya.

“Semuanya, biar adil pembagian pasangannya, nomor absen kalian akan ditulis di kertas lalu dikocok untuk menentukan siapa dengan siapa, setuju?”

“Yaaaa…” kelas menjawab serempak.

“Sekarang siapa yang bisa membantuku?”

Dengan bantuan beberapa siswa lainnya Taeil pun mengundi pasangan untuk tugas presentasi itu hingga tiba giliran…

“Absen 12?”

“Ya, aku!”

“Oo, Lee Taeyong… dan kau akan berpasangan dengan absen 25?”

UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang