COFFEE AND A CHANGE.
disclaimer
Tidak ada keuntungan material yang diambil dalam pembuatan karya fiksi ini. Hanya dibuat untuk kepentingan hiburan semata. Penulis hanya memiliki jalan cerita dan karakter orisinil....
Dejun baru saja menyusun gelas terakhir yang telah ia lap ketika bel pintu masuk berbunyi. Meski masih dalam posisi memunggungi, tanpa perlu menoleh lagi insting Dejun mengatakan bahwa pelanggan yang satu ini adalah pelanggan yang itu-dan tebakannya terbukti. Suara yang sudah mulai familier terdengar di telinganya hari ini kembali menyapa diiringi oleh permainan saxofon yang samar mengalun keluar dari jukebox di sudut kafe.
"Tolong satu kopi hitam yang seperti biasa. Terima kasih."
Hanya berbalas dengan anggukan, Dejun langsung saja meracik minuman sang perempuan, sembari sesekali melempar lirikan pada perempuan itu yang berjalan menjauh dan mengambil tempat duduk berhadapan langsung dengan jendela luar.
Kembali duduk dalam diam seperti hari-hari yang lalu.
...
Tidak butuh waktu yang lama hingga Dejun datang dan lantas meletakkan cangkir berisi kopi hitam itu di atas meja. Ia kemudian menarik kursi untuk duduk di seberang sisi sang perempuan. Dejun baru berani melakukan hal ini pada kunjungan kesebelas perempuan itu di sini, ketika merasa bahwa presensi dirinya tidak menganggu ketenangannya sama sekali. Toh, hanya tinggal mereka berdua saja di sini, tidak ada siapa-siapa lagi yang datang ketika jarum telah menujukkan pukul setengah sebelas lewat pada kafe yang hampir tutup seperti ini.
"Kau mau sepotong croissant atau kukis?" Tawar Dejun, memecah sepi yang sedari tadi menjadi entitas primodial di antara mereka. Kalimat itu hanya basa-basi sematam Dejun tahu bahwa tawarannya itu akan ditolak; biasanya dengan gelengan singkat dan senyum simpul, sebelum atensi sang gadis kembali lagi ke cangkir kopinya atau pemandangan di luar jendela sana.
"Ah, terima kasih atas tawarannya tapi tidak perlu repot-repot." Jawaban itu nyaris terdengar persis seperti yang lalu-lalu. Meski begitu, Dejun tetap beranjak juga dan bergegas untuk mengambil satu piring kecil berisi beberapa kue kering jahe bertabur choco chips, lalu meletakkannya di sampir cangkir kopi perempuan itu tanpa banyak kata walau tatapan sungkan langsung ditujukan padanya.
"Hari ini aku yang traktir." Ujar Dejun sembari mengklaim kembali tempat duduk yang ia tinggalkan sebentar tadi.
"Kau sudah berkata seperti itu sejak empat hari yang lalu." Perempuan itu mengendus dan Dejun menarik satu ujung bibirnya ke atas. Biarpun ia sering menolak tawarannya, saat Dejun benar-benar hendak menutup tokonya dan sang perempuan telah berpamit pulang, akan ada dua atau tiga kue kering yang lenyap juga pada akhirnya. Oleh karena itu, Dejun akan tetap menawarkan apa saja yang masih tersisa dari pantri untuk gadis itu.
"Tidak ada salahnya bukan? Lagipula kopi itu akan semakin enak jika dinikmati bersama kue kering atau makanan manis lainnya."
Perempuan itu tidak menjawab dan hanya menatap permukaan hitam kopinya yang tidak beriak sedari tadi. Dejun hanya menarik napas kecil.
Malam itu, kafe Dejun benar-benar tutup sepuluh menit lebih awal dari pada biasanya.
...
Nama perempuan itu Ho Minkyung. Dejun telah mengenalnya terlebih dahulu sebab mereka berada di fakultas yang sama walau hanya berbagi kelas tidak lebih dari dua kali. Pun mereka jarang berinteraksi, hanya sekedar bertegur sapa ketika bertemu di jalan atau terkadang sebatas diskusi menengai pelajaran mereka. Tidak pernah lebih dari pada itu. Keduanya nyaris tidak pernah bersinggungan dan Dejun telah melabeli Minkyung sebagai kenalannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
coffee and a change.
FanfictionHari itu, kafe Dejun tutup lebih lambat daripada biasanya. XIAO DEJUN / WAYV. Oneshot. Ditulis dalam bahasa baku. Bagian dari seri Jar of Dreams.