「2/3/19」Bintang Jatuh

66 4 0
                                    

-----------------------------------------------------------

#dailylog19
- o l e h n a d y a -

----------------------------------------------------------

° 10/12/18


Bintang jatuh itu fana.

Begitu katamu tiap kali kita membunuh waktu bersama dengan mengisi sudut balkon kafe, mengamati hamparan bintang-bintang di angkasa. Katamu bintang jatuh cuma butiran asteroid yang orbitnya tidak sengaja berpapasan dengan bumi, sehingga tertarik oleh gravitasi bumi dan terbakar habis sebelum dapat menjangkau ke permukaan.

Kamu tahu tidak? Sebenarnya tanpa kamu beritahu alasannya pun, aku percaya padamu. Dan aku juga mulai berhenti memanjatkan permohonan tiap kali kulihat bintang jatuh.

Oh, ya, kali ini aku sedang berada di sudut balkon favorit kita. Bedanya kali ini hanya ada aku, sedangkan kamu memilih absen dan meninggalkanku dengan segelas teh hangat dan kenangan manis yang sesekali bertandang ke kepala.

Di luar sana, Sang Surya perlahan melandai ditingkahi gerimis yang merimbun. Walau dalam keadaan sesendu itu, ia tetap saja memikat, seperti halnya kamu. Bikin aku pusing memikirkan seribu macam cara untuk menghalau pesonamu yang amat berkilau. Dan seperti yang bisa ditebak, aku memilih berdamai dengan kemagisanmu. Meskipun itu artinya aku harus mengikhlaskan seluruh hatiku, untuk ditumbuhi berbagai bunga liar dan diam-diam berharap kau mau membantuku merawat mereka.

Namun, angan hanyalah angan, kamu punya kebun lain yang harus dirawat. Aku tersisihkan, tapi tak pernah merasa kekurangan. Entah karena aku yang selalu puas dengan kebersamaan kita atau kamu yang terlalu pintar mengatur momen.

Kehadiranmu selalu pas di saat kubutuh. Boleh jadi saat aku gagal ujian, ketika aku dikhianati lelaki-lelaki brengsek, pun kala aku terpuruk kehilangan Mama. Kamulah sang pelipur lara. Kehadiranmu layaknya bintang jatuh yang selalu membuatku ingin berharap dan menanti keajaiban.

Lalu kemudian aku tertampar dengan perkataanmu; bintang jatuh itu fana. Tak ayal tawaku berderai memecah kesunyian. Kenapa aku bodoh sekali?


di sudut kafe,
menunggu Auriga
si Tukang Kebun

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang SegregasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang