Pagi ini Aku dikejutkan saat melihat keluar jendela kamarku, ada seseorang bertubuh tinggi. Aku sangat tanda dengan punggung orang ini, yah itu Rendy. Tak ku sangka Rendy telah berdiri di depan pagar rumahku, dengan sigap aku keluar rumah.
"Ayah, aku pergi kesekolah dulu bersama temanku"
Ayah tampak heran melihatku, tatapan yang sama saat kemarin aku pulang dengan keadaan kotor.
Tak lupa aku meraih tangan ayah untuk bersalaman dengannya.
"Berhati-hatilah!"
Aku tersenyum dengan bangganya karna bisa berangkat sekolah dengan Rendy. Ku gandeng tangannya dan menebar senyuman di sepanjang jalan.
"Kenapa kamu tersenyum?"
"Aku senang ada kamu disini"
"Jika aku tak ada lagi disisimu?"
Aku memasang muka melas, tampaknya ia mengerti dengan ekspresi yang ku berikan.
"Jangan tinggalkan aku!"
Ucapku yang sepeti itu membuat wajahnya diteguk.
"Ah sudahlah! Tak mungkin kau meninggalkanku kan?"
Ia yang hanya memberikan senyuman padaku.
Sesampainya kami di depan pagar, kamipun memisahkan diri untuk pergi ke kelas masing-masing. Seperti ada sesuatu yang aneh pada Rendy hari ini. Mungkin sesuatu terjadi padanya, akan ku tanyakan hal itu nanti setelah keluar main.
****
Saat teman-teman kelasku sibuk bermain hp android mereka atau sekedar bercerita, aku mengerjakan tugas yang diberikan ketua kelas karna guru-guru sedang rapat mengenai UN untuk kelas 12. Aku tak ingin tugasku ini mendapat nilai yang buruk, aku memang bukan siswi yang pintar bahkan aku tergolong mempunyai IQ rata-rata. Tapi setidaknya aku berusaha selalu mengerjakan tugas yang di berikan walaupun terkadang usahaku memilih hasil yang kurang menyenangkan.
Di tengah keseriusanku mengerjakan tugas tiba-tiba Enjel memukul meja pas di depanku yang membuatku kaget."Brakk!" Suara meja yang lumayan kuat
"Sini! Berikan tugas yang kau kerjakan!" Kata Enjel yang menatap dalam mataku seperti hendak menerkam.
Aku mengerahkan tenagaku semuanya untuk melawan Enjel. Karna aku tak sanggup diperlakukan seperti ini terus menerus.
"Brakk!"
Aku membalas dengan memukul meja. Enjel yang sontak terkejut melihat perlawanan ku.
"Apa-apaan ini ha? Kau berani melawanku? Kau berani!"
Dia yang sambil mendorong-dorong kecil tepat di keningku dengan jari telunjuk yang ia punya.
Aku yang hampir terjatuh dipegangi oleh temannya enjel, tapi tak lama setelah itu mereka mendorongku tepat di depan Enjel. Enjel yang nampaknya naik pitam menjadikan ku bulan-bulanan mereka. Murid yang banyak dikelas hanya menonton dan tak mau membantu aku yang sedang dibully. Wajar saja jika Enjel adalah orang yang paling di takuti di sekolah ini. Ketua kelaspun tak bisa melakukan apa-apa dengan alasan tak ingin berurusan dengan Enjel. Aku yang berusaha membendung tangisanku yang hendak keluar ini.
"Akan ku adukan kalian pada Rendy!"
"Hahaha siapa Rendi ha, siapa?? Temanmu?? Atau bahkan kekasihmu??"
Mereka semua yang tertawa membuatku sedikit jengkel tapi masih bisa ku tahan.
"Orang sepertimu punya teman manusia?? Hahahaha"
"Oke, akan ku buktikan! Aku akan memanggil Rendy!"
Aku yang sambil mengusap kekecewaan yang ada dan menghapus segala perih sampai ku temukan Rendy. Aku berlari menuju taman sekolah tapi tak ada Rendy yang biasanya duduk dibawah pohon saat jam-jam seperti ini. Aku pun memberanikan untuk datang ke kelas nya Rendy.
"Apa Rendy ada?"
Mereka hanya terdiam dan menatapku dengan tatapan aneh.
Itu membuatku sangat kesal sekali, Akupun melihat kedalam kelas Rendy tapi tak ada kulihat batang hidungnya.
Dengan kesedihan yang pikul saat ini aku berjalan pelan menuju kembali ke taman sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PALU [END]
Teen FictionIni tentang mimpi, dimana aku merasa bahwa mimpiku lebih indah dari kenyataan. Namaku Kimi tapi mereka sering menyebutku "palu" karna mereka menganggapku perempuan halu. Aku tak menyangkal sebutan itu sebab aku sering berhalusinasi dengan menggambar...