Aku tidak bisa menyembunyikan ini lagi (1)

105 14 14
                                    


Pada Sore Yang Indah Ini

Dirimu Tersenyum lagi

Seperti Cahaya Mentari,

Perasaan Dihatiku Ini

Membuatku Mengerti

Hanya Dirimu Yang Aku Cintai

Saat itu adalah saat yang indah, saat yang berarti bagiku dan saat yang akan selalu teringat dibenakku, kan selalu teringat didalam diriku. Saat itu matahari mulai terbenam, diiringi dengan suara-suara burung yang menenangkan hati, seperti halnya masa putih abu-abu yang hampir berakhir, perasaan ini pun sudah berada ditahap dimana tidak bisa menyembunyikan sesuatu lagi.

Ketika itu jarum jam menujukan kearah angka empat dimana para siswa telah pulang kerumah mereka. Tapi tidak denganku, aku masih tetap disini didalam kelas ini. Namaku Mawar aku siswi kelas dua belas SMA. Saat ini aku sendiri disini sembari duduk di meja dengan ditemani cahaya sore hari yang menembus melewati jendela, ku menunggu seseorang, seseorang yang telah aku sukai hampir tiga tahun dan seseorang yang telah bersamaku dikelas ini hampir tiga tahun. Kursi yang aku duduki, meja yang kugunakan belajar dan kelas yang aku tempati ini menjadi saksi bisu kisah cintaku yang akan berakhir ini.

Sore itu aku berencana mengutarakan persaanku pada pria yang aku cintai selama ini. Dia adalah teman sekelasku, orang yang kucintai dan sekaligus sahabatku. Ku selalu bertanya pada diriku

"Apakah aku akan mengungkpan perasaanku duluan."

pertanyaan itu selalu terbayang di benakku, pertanyaan yang menemaniku selama ini, membuatku tak bisa untuk melangkah lebih jauh lagi, sampai ketika aku berpikir.

"Mungkin aku akan menyesalinya kelak, karena tidak pernah mengungkapkan perasaanku ini."

Sudah kusiapkan hatiku ini, kan kuterima semua jawaban dengan sepenuh hati.

"Apakah dia akan menerima perasaanku?"

"Apakah dia sudah memiliki wanita yang dicintainya?"

"Apakah dia hanya menganggapku sebagai seorang sahabat?"

Yang terpenting bagiku, diriku telah berani mengungkapkan perasaanku dan ku tak ingin menyesalinya dikemudian hari.

Kudengar suara dari kejauhan, terdengar suara langkah kaki dengan diiringi oleh melodi hati ini, suara langkah itu semakin mendekatiku, tak terasa jantungku berdegup tak karuan, semakin dekat langkah kaki itu, semakin aku tak bisa mengontrol hatiku, terlintas dipikiranku.

"Apakah aku bisa mengungkapkan padanya?"

"Hanya mendengar suara langkah kakinya saja aku hampir kehilangan akalku." ucapku dalam hati.

Langkah kaki itu mulai berhenti namun suara dihati ini seakan tak mau berhenti, pintu yang semulanya tertutup mulai terbuka dengan perlahan dan ku merasa apakah hati ini dapat menenangkan diri, kupandang pintu dengan perasaan cemas, terlihat tangan seorang laki-laki dengan pelan-pelan mendorong pintu dengan lembut.

"Hei kenapa kamu belum pulang ini udah mau jam lima."ucap seorang pria dengan suara keras.

"Oh ternyata Pak guru ya." ucapku sambil lega.

"Cepat pulang, ini udah sore." ucapnya sambil meninggalkan kelas.

Aku baru sadar ternyata sekarang hampir jam lima sore dan orang yang kutunggu belum juga datang, aku pun mencoba berpikir positif "mungkin dia lagi latihan basket." Aku tau, aku hanya berusaha menenangkan diriku sendiri dengan cara berbohong pada diriku sendiri. Tapi, kenapa aku merasa ada yang salah pada diriku.

Saat itu juga kuputuskan untuk pulang, karena orang yang ku tunggu tak kunjung datang dan hari yang sudah semakin gelap, akupun mulai berjalan untuk pulang dengan membawa perasaan kecewa karena tak dapat mengutarakan perasaan ini, ku berjalan pulang menuju pintu dengan membawa penyesalan dihati dan saat kubuka pintu dengan pelan-pelan. Alangkah terkejutnya diriku, Ryota, pria yang aku sukai sekarang berdiri didepan mataku.

To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semoga Perasaanku Sampai KepadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang