Resepsionis di lantai 16, meminta Retha menunggu di lobby lantai itu. Ternyata atasan Retha belum datang.
"Siang datangnya ya, Mbak?" Retha memeriksa jam tangan. Sudah lewat jam 7. Jam kerja dimulai jam 8 pagi.
"Dekat jam kerja, Mbak. Mereka pulangnya lebih dari jam 5 semua."
Mungkin inilah bedanya dengan call center, unitnya dulu. Mesti kerja secara shift, jam kerja 8 jam sehari benar-benar dipatuhi. Tidak ada lembur untuk karyawan alih daya.
"Retha! Pagi amat datangnya," suara yang mulai akrab menyapa. Retha senang melihat kehadiran Ninuk.
"Biar gak kena macet dan panas kalau siang."
"Aku lihat Ayu juga tadi. Aku masuk lift, dia baru masuk lobby."
"Semoga nanti kita satu penyelia ya, Nuk."
"Aamiin. Aku maunya juga begitu, entah bagaimana hasilnya. Ngomong-ngomong, ini kehadiranku paling pagi di kantor. Biasanya aku hampir jam masuk baru datang, kalau kamu shift ya, Nuk?"
"Iya, walaupun shift aku biasa datang satu jam sebelum jam kerja."
"Wuihh, kamu memang rajin aslinya. Eh, itu Ayu, AYU!"
Ayu berjalan menghampiri Retha dan Ninuk. Kelegaan tampak di wajahnya.
"Alhamdulillah belum telat. Beginilah kalau dulu lokasi kerja dekat rumah. Menjauh sedikit dari rumah sudah kalang kabut."
"Aku juga dekat rumah, Yu. Sales kan beda harus jalan ke banyak tempat, jadi pindah lokasi gak masalah."
"Itu kan kamu, Nuk. Aku dulu bagian umum."
"Sekarang kita semua sama. Front-End Collection, ya kan Nuk, Yu?" Retha mencoba menengahi Ninuk dan Ayu.
Mbak resepsionis menghampiri mereka. "Mbak-mbak mari ikuti saya, Mas Jono sudah datang."
Retha mengernyitkan dahi mendengar nama itu disebut."Mbak, bukannya kami harus bertemu Pak Edo?"
"Pak Edo masih cuti, wakilnya Pak Edy sedang ke kantor pusat. Mas Jono salah satu penyelia unit front-end yang sudah hadir."
Retha dan kedua rekannya berjalan mengikuti mbak resepsionis memasuki pintu menuju ruang di balik dinding lobby. Retha mendapati dirinya melewati belasan kubikel, beberapa di antaranya masih kosong.
Mereka akhirnya dipersilakan duduk di "Pak Edo masih cuti, wakilnya Pak Edy sedang ke kantor pusat. Mas Jono salah satu penyelia unit front-end yang sudah hadir."
Retha dan kedua rekannya berjalan mengikuti mbak resepsionis memasuki pintu menuju ruang di balik dinding lobby.
Retha mendapati dirinya melewati belasan kubikel, beberapa di antaranya masih kosong. Mereka akhirnya dipersilakan duduk di depan seorang lelaki berumur tiga puluhan yang sedang menulis di agenda. Lelaki itu menutup agenda dan menyapa ramah, "selamat pagi, kalian rekrutan baru front-end collection?""Pagi, Pak. Iya," Retha dan kedua temannya menjawab bersamaan.
"Di sini semua memanggil saya, Mas Jono. Kalian juga, ya. Ada tiga penyelia di Front-End Collection. Saya akan dapat dua anak buah dulu. Mana ya, daftarnya?"
Mas Jono mencari sesuatu dari tumpukan kertas di meja. Diambilnya sebuah daftar, "nah ini dia. Retha Alefa dan Ninuk Tyasari, ikut saya. Ayu Harjani nanti sama Mbak Rani. Itu Mbak Rani sudah datang."
Retha dan Ninuk dibawa Mas
Jono ke salah satu kubikel. "Ini meja kerja kalian, telpon akan tersambung besok pagi. Silakan duduk. Sebentar lagi saya akan berikan saldo list"Retha mengeluarkan agenda dan alat tulis. Mas Jono datang kembali membawa kertas print di tangan.
"Ini Retha, kamu pegang Cabang Mayestik, Ninuk pegang Cabang Blok M. Hari ini inventarisir mana yang harus ditelpon. Cari datanya di sistem. Jangan sungkan bertanya."
Retha melirik Ninuk setelah Mas Jono meninggalkan kubikel mereka.
"Nuk, kamu ngomong apa?"
Ninuk menelengkan kepala.
"Gak apa-apa, hanya mau bilang Selamat Datang di Dunia Nyata, Retha Alefa."
YOU ARE READING
Bad Debt Best Love
ChickLitRetha Alefa tidak menyangka pekerjaan baru sebagai seorang front-end collection mengantarkannya pada banyak cerita dan problem orang berhutang. Dan Retha menemukan saat di mana hampir semua orang berpaling, cinta terbaik akan tetap tinggal menemani...