🌻Pertemuan🌻

11 1 0
                                    

Bunga matahari, selain indah, memandangnya di pagi hari sangat menyejukkan. Kenapa ya aku suka sekali bunga kuning ini? Padahal  banyak bunga lain yang lebih menawan. Dan lagi, aku ini laki laki, kenapa suka bunga seperti perempuan begini?. Apa aku ini sebenarnya punya kecenderungan ke arah sana ya hmm. Lagi lagi aku melamun di kampus seperti orang bodoh. Namaku Oim, Mahasiswa Sains semester akhir. Aku dikenal sebagai kutu buku yang selalu mendapat penghargaan atas temuan temuan sainsku yang telah tembus ke ranah internasional. Tapi kenapa sekarang aku plonga plongo begini ya? . Kata orang aku ini tampan, banyak perempuan yang ingin mendapatkan ku. Tapi ketika mereka tau bahwa aku seorang prosopagnosia, mereka menjauhiku seakan akan aku menjijikkan. Padahal motto mereka "ingin di cintai bukan hanya karena fisik saja". kan aku tidak bisa melihat wajah mereka, bukankah aku ini kriteria ideal untuk motto mereka itu. Tapi ya sudahlah, toh aku juga tidak peduli pada perempuan. Berteman dengan laki laki lebih menyenangkan. Tidak membedakan bedakan, tidak musuh musuhan juga, apalagi berebut pasangan.
"Taman barunya indah sekali kan? Aku tak menyangka taman ini di buat khusus sebagai penghargaan untukmu" tiba tiba suara seorang perempuan mengagetkanku, ntah sejak kapan dia ada di sampingku. Seram sekali seperti penguntit.
"Oh .iya." jawabku singkat berharap perempuan yang entah siapa ini segera pergi. Aku tidak  nyaman sekali.
"Aku Nina, teman sekelasmu." ujarnya lirih seraya mendekatkan mulutnya ke telingaku.
"Ahh Maaf aku tidak mengenalimu Nin" ucapku merasa bersalah karena mengira Nina orang lain. Sejujurnya aku sedikit geli dengan sikapnya yang agak 'agresif'
Kami memang tidak begitu dekat, tapi Nina satu satunya teman di kelas yang mau bergaul dan memahami keadaanku yang seperti ini. Dia juga tidak menghinaku seperti perempuan perempuan lainnya. Yah hanya saja aku sedikit risih saat dia mulai melakukan hal hal aneh untuk menggodaku.
"Tidak apa apa, pasti berat ya tidak bisa mengingat wajah orang lain. Jika aku jadi kamu, pasti aku akan sangat frustasi" ujarnya seraya tertawa renyah. Kali ini tangannya mengelus elus kepalaku. Sungguh aku sangat merinding.
Aku tak bisa melihat wajahnya, tapi aku tau dia cantik, secantik kebaikannya padaku. Yah lebih cantik lagi jika dia sedikit normal.
" Bagaimana kalau besok kita kesini bersama? Di tengah taman ada bangku, kita duduk disana sambil makan siang" Nina begitu antusias mengajakku. Begitupun tangannya yang kini mulai antusias mengelus elus punggungku. Aku sudah tidak kuat lagi. Akupun segera mengangguk agar dia tidak bertindak lebih jauh lagi dan segera pergi.
Namun bukannya pergi, ia malah semakin mendekat dan mengagetkanku.
" Oh lihat! Bunga matahari yang sebelah sana kelopaknya besar sekali !!..wah cantik kan?" Tanya Nina begitu senang seraya menyenderkan kepalanya ke pundak ku.
Aku syok dan segera menghindari kepalanya. Karena gerakan ku  sepertinya  dia hampir  jatuh. Dia pun mendengus kesal. Aku sedikit merasa bersalah, jadi aku memutuskan untuk melihat ke taman memastikan apa yang tadi dia katakan. tapi..
Bukan bunga matahari yang aku lihat. Tapi seorang perempuan, ah dia cantik.
"Iya cantik" spontan aku mengatakan cantik untuk perempuan itu bukan untuk bunga yang di tunjuk Nina.
Tapi sepertinya Nina mengira yang sebaliknya. Dengan begitu moodnya kembali bagus lagi.
"Aku juga cantik loh, seperti bunga itu " ujarnya seraya mencubit pipiku. Aku yang risih pun segera melepas cubitannya dari pipiku dengan halus.
Sejenak aku jadi lupa pada perempuan yang tadi aku lihat . dan ketika aku menoleh lagi, dia sudah tidak ada.
Tapi ada yang aneh.
Ah bagaimana mungkin!, aku tadi melihat wajahnya. Wajah perempuan itu! Cantik. Bukan bunga tapi wajah perempuan itu, wajah yang seharusnya tak bisa aku kenali, tak bisa aku ingat, tak bisa aku lihat. Tapi aku bisa melihatnya dengan jelas. Perempuan itu? Siapa dia? Aneh , tiba tiba jantungku berdetak kencang sekali. Seperti ada rasa rindu yang sangat besar . Seperti aku telah menemukan milikku yang hilang. Tapi apa? Apakah karena perempuan itu?
" Ada apa? Wajahmu jadi pucat..aku mencubit terlalu keras ya?" Tanya Nina khawatir melihat reaksiku.
"Ahh bukan karena mu kok, memang hari ini sepertinya aku agak tidak enak badan" jawabku asal asalan .
" Perlu ku antar ke Rumah Sakit?" Tanya Nina seraya memegangi tanganku.
" Ah tidak usah, aku bisa sendiri.aku permisi dulu." Ucapku seraya melepas pegangan tangan Nina. Dan beranjak pergi.
Tadi itu, nyata kan? Aku masih tidak percaya. Koridor menuju ke kelas terasa lebih panjang dari biasanya seperti enggan membuatku tersadar dari lamunan yang membingungkan ini. Untuk pertama kalinya aku bisa melihat wajah seseorang. Benarkah? Rasanya seperti sebelumnya aku juga pernah mengalaminya. Tapi kapan? Dimana? Entahlah..yang pasti wajahnya cantik,
Seperti bunga matahari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bunga MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang