Bocah berumur 7 tahun itu terus menangis melihat pertengkaran ayah dan ibu-nya yang berlangsung setiap hari, ayah-nya memukuli ibu-nya yang sudah terbaring lemah di atas lantai Lagi ayah-nya tak berhenti memukuli ibu-nya yang kini sudah tak sadarkan diri setelah ituayah-nya pergi ke luar rumah entah mau ke mana.
Bocah itu mendekatkan diri-nya ke samping ibu-nya ia menangis lebih kencang dari yang tadi setelah melihat darah mengalir dari mulut ibu-nya bocah itu mengguncang-guncangkan tubuh ibu-nya sambil memanggil manggil ibu-nya setelah 1 jam ibu-nya juga belum kunjung bangun dan belum ada tanda-tanda ayah-nya akan pulang.
Ia memegang tubuh ibu-nya yang terasa sangat dingin, ia mengecek nafas ibu-nya lalu ia menangis sangat kencang ia tak merasakan hembusan nafas ibu-nya, iya ibu-nya meninggal. Ayah-nya datang sambil ngamuk-ngamuk dan memukul mayat ibu-nya itu ia yang menyaksikan itu hanya bisa menangis sesegukan. Ayah-nya terus saja memukuli ibu-nya hingga ayah-nya sadar tubuh ibu-nya sekarang sudah pucat dan membiru ayah-nya berhenti memukuli ibu-nya dan langsung mengambil handpone untuk menelfon ambulan.
Selang beberapa menit ambulan datang bersama polisi, ibu-nya di angkat dan langsung menuju Rumah Sakit Polisi itu mendekat ke arah Bocah berumur 7 tahun itu dan menyuruhnya ikut ke kantor polisi di kantor polisi itu ia ditanyai oleh polisi yang tadi mengajaknya
Polisi itu menatap bocah umur 7 tahun itu dengan tatapan tak percaya "apa yang sudah kau lakukan terhadap ibumu?" tanya polisi itu tegas, anak itu diam tak mau menjawab hingga polisi itu mengulang pertanyaannya lagi "apa yang sudah kau lakukan terhadap ibumu?" tanyanya lagi dengan penuh harapan, bocah itu diam hingga beberapa menit ia bicara "aku tidak melakukan apapun" jawabnya sambil menghapus air mata yang sudah sejak tadi mengalir. Polisi itu tersenyum singkat "kau jangan berbohong! ayah-mu bilang ia sedang kerja dan meninggalkan mu bersama ibu-mu di rumah, setelah ia balik ke rumah ibu-mu sudah tak bernyawa dan kau berada di samping ibu-mu dengan kayu tergeletak di samping mu, kau tak pandai berbohong!" ucapnya dengan penuh penekanan "aku akan membawa mu ke rumah sakit jiwa" lanjut polisi itu, Sarena Agnesia Flora atu bocah berumur 7 tahun itu hanya bisa menangis dan pasrah ketika seseorang menariknya ke luar.
***
Agnes terdiam ia teringat lagi kejadia 10 tahun lalu itu ia menangis kala mengingt ayah-nya yang menuduhnya membunuh ibu-nya, sekarang ia sedang berada di kamarnya yang luas dan megah.
Setelah Agnes di bawa ke rumah sakit jiwa ia di taruh di ruangan tersendiri 2 tahun mendekam di RSJ Agnes di angkat oleh orang yang mendirikan RSJ itu dan mendirikan beberapa sekolah, Agnes hidup bahagia dengan keluarga barunya yang terdiri dari, Arwan Mahadika sebagai ayah Susan Narega Mahadika sebagai Ibu dan Davit Arlane Mahadika sebagai kaka laki-laki Agnes yang berbeda umur singkat
Agnes diam sambil menatap keluar arah jendela "ibu agnes kangen ibu. Ibu baik-baik di sana ya? Agnes sayang ibu" gumamnya lirih dan ia menangis sesegukan. Selang beberapa menit pintu kamar-nya terbuka dan menampilkan sosok paruh baya yang masih sangat cantik Susan berjalan menuju anak angkatnya itu "sudah sayang, ibu mu pasti tenang di sana, doakan saja semoga ibu mu di terima di sisi yang maha kuasa" ujar Susan sambil menenangkan Agnes dengan mengusap punggungnya "iya ma" jawab agnes yang sudah berhenti menangis
Susan tersenyum singkat lalu berkata " tidurlah malam ini mama akan menemani gadis cantik mama ini tidur" agnes yang mendengar itu tersenyum
"Ayay kapten" jawab agnes singkat lalu ia menarik selimutnya dan tertidur bersama susan di samping-nya
Bersambung
Semoga suka guys(:
Yaaa^^
See you;)
My Life <3
KAMU SEDANG MEMBACA
7 years old
Teen FictionMasalalu setiap orang berbeda-beda ada yang bahagia dan ada pula yang sebaliknya. Jika kamu terus menatap masalalu maka kapan dunia mu menuju ke masa depan? Ingatlah hal yang paling berharga di masalalu mu ingatlah hal yang paling menyakitkan di mas...