"Sedang bersedih eoh?"Tepat saat sosok lelaki berjas hitam menundukan kepalanya saat itu pula awan di langit mulai menjatuhkan rintik hujannya.
"Jimin, pluvia ini sungguh tak akan lama"
______________________________________________
NOT ONLY ONE
.
Capter 3
Puzzel
..
Happy reading
.
"Hei sampai kapan kau akan terus menunda pekerjaan mu dengan bertindak bodoh memperhatikannya dari jauh seperti ini?"
lelaki berperawakan tinggi berbicara kepada lelaki lainya yang sedari tadi selalu memerhatikan objek yang sama didepan sana.
"Hm entahlah"
"Bukankah sudah waktunya ia bertemu denganmu kook?"
"Aku yang belum siap bertemu dengannya Yugo"
Lelaki yang dipanggil Yugo itu telah bosan mendengar jawaban itu, merasa sahabatnya itu tidak gentle sama sekali.
"Lalu kau akan tetap seperti ini? Mereservasi satu lantai atas cafe ini dan memintaku datang, duduk, hanya untuk menemanimu melihat Park Jimin itu memakan bekal makanan yang selalu dibawanya di taman rumah sakit sebrang itu hm?"
"Ya sepertinya"
"Kau ini kook aku heran sekali dengan cara pikir mu" yugyeom memutar bola matanya jengah.
selintas, ia ingin sekali saja tak perduli dengan masalah sohibnya ini namun kenyataan melihat sohibnya selalu dirundung kemurungan tanpa akhir membuatnya tak bisa untuk tak bersimpati.
Jeon Jungkook ini tetap saja dilingkari kekhawatiran yang sama sejak delapan tahun yang lalu.
- itu batin yugyeom yang berbicara.
"Aku sangat senang mendengar ayahku akan menjodohkan ku dengannya yugo, tapi kau tau sendiri letak kecemasan ku dimana kan?"
Lamunan Yugyeom seketika terinterupsi dengan kalimat panjang yang Jungkook katakan. Seakan mengerti, yugyeom mengangguk.
"Tapi kau serius dengan membiarkan Jimin tak tau apa-apa meski nanti kalian telah menikah sekalipun?"
"Aku bahkan ragu dia akan menerima perjodohan ini" Jungkook berbicara namun pandangnya tak lepas memerhatikan kegiatan Jimin diseberang sana.
Dan yugyeom hanya bisa menghela nafas.
"Lalu kau akan diam saja? Pura-pura tak tahu apa-apa? Apa om Yunho tidak aneh dengan sikap lapang dadamu menerima perjodohan ini?"
"Tidak. Dengan dalih aku menerimanya sebagai permintaan terakhir dari ayahku. Dia berjanji takan mengatur ku lagi setelah ini. Ayah ku terlalu berambisi memiliki besan sahabat karibnya sendiri"
"Kau yakin hanya itu alasannya kook? Kau tahu sendiri ayahmu itu seperti apa kook, dia tak akan bertindak tanpa rencana diotaknya".
"Tentu saja tidak" Jungkook mengalihkan pandangannya dari sosok Jimin yang ternyata telah memasuki Rumah sakit. Beralih menatap kawanya datar, ia melanjutkan
"Alasan lainya karena si tua itu mungkin sudah tahu jika Jimin adalah seorang lelaki yang mempunyai rahim dan--"
"Uhuk uhuk"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Discontinue] NOT ONLY ONE [KookMin/Vmin]
ФэнтезиKetika harapan yang pupus tumbuh menjadi harapan yang baru Tetapi bukan itu satu-satunya harapan. Seolah harapan itu terus bertambah dalam hatinya. Dan bukan hanya satu. Itupun yang Park Jimin rasakan. "Park Jimin kau hanya miliku dan itu mutlak"...