prolog

26 6 8
                                    

Aku ingin merayakan Tahun baru dengan menyalakan kembang api. Kenangan tentang kita akan kurekatkan erat di dekat sumbu penyulutnya.

Biar ia melesat.
Jauh.
Tak terjangkau. 
Lalu meledak keras di angkasa. 
Hancur. 
Berkeping-keping.

Suara keras dari seruan terompet dibunyikan dengan lantang. Seperti sedang merayakan kehilangan.
Tentang kenangan-kenangan yang tak lagi menggenang di dalam ingatan.

Dan orang-orang riuh bertepuk tangan, tertawa riang serta gembira, seakan luka tentangmu tak pernah ada sebelumnya.

Sesaat setelah gegap gempita yang sebentar itu nyaring terdengar menggema di telinga, kini pekatnya malam mulai membawa aku kembali kepada realita. Bahwa aku pernah kehilanganmu dengan begitu sangat.

Sakit sekali.
 

Seperti menyalakan kembang api namun tidak membiarkannya pergi. Ledakannya begitu nyaring, memekakkan telinga, membutakan mata, menghancurkan genggaman. Sakit tiada tara aku derita karena pernah tak membiarkanmu pergi.

Oh betapa aku ingin mendatangimu sekali lagi. Memukulmu keras-keras hingga kepalamu terkelupas, dan kupaksa memasukkan aku ke dalam sana.

Biar kau merasakan,
biar kau mengerti,
bagaimana sakitnya ketika dipaksa terluka karena harus menerima keadaan.

Salam,
Aku. 
Yang sedang merayakan kehilangan.

ForsvinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang