Hanyou

4.2K 525 30
                                    

Sisi submisif dalam diri Inuyasha makin keluar dengan keagresifan yang ditunjukkan oleh InuYokai ini. Ia melirik sekitar, namun ibu jari menariknya agar memandang manik emas kembali. Mereka bercumbu berulang kali.

"Fokus padaku," suara pelan InuYokai mengalun dekat telinga Inuyasha. Benda halus seperti tumpukan bulu kini membelitnya. Energi kuat sang InuDaiYokai mengukung keduanya. Protektif.

Inilah yang disebut dominan.

Kedua tangan Inuyasha menyentuh wajah Sesshomaru. Mengusap kedua sisi bibir yang tadi mengecupnya. Bergerak kembali menyusup di antara helaian perak indah. Ia mendongak pada sudut yang pas, bibir atas bertemu bibir bawah sang DaiYokai.

Senyum mengembang pada wajah Sesshomaru. Gigi taring terpampang, sampai akhirnya menggigit pada bibir yang berani mengambil inisiatif untuk menyentuhnya. Kedua tangan sang DaiYokai InuShiro pun ikut mengangkat kedua sisi pipi Inuyasha. Ia ganti menempelkan dan menggigit bibir bawah sang hanyou.

Helaian perak menutupi mereka bagai tirai kelambu. Aura dominan dan submisif menari-nari. Menggoda bagai ritual. Perpaduan warna energi Yokai keduanya sangat indah.

"Hilangkan agresimu. Fokus padaku ..... Anggap dunia sudah tertidur," bisik Sesshomaru lagi. Ia menggunakan sisi dominan. Tahu betul apa saja yang menjadi titik lemah bagi Yokai lain. "Tidur dan semua akan menghilang."

Semua yang menonton begitu tertegun, saat energi berwarna emas menutup pasangan ini. Lalu, sesaat kemudian cahaya keemasan itu tertarik paksa ke arah langit. Mengangkat aura hitam yang kental.

Inuyasha membuka mulut lebar, mata membelalak, namun Sesshomaru menarik wajahnya lebih dekat. Menempelkan dahi mereka. "Dunia tertidur," bisik ulang sang InuDaiYokai.

.

.

.

Sudah lama Shippo mengenal Inuyasha, namun ini kali pertama ia melihatnya sangat rileks. Ia masih mendongak ke langit, di mana perpaduan indah emas, biru muda, dan hitam membentuk gelombang. Tekanan dari DaiYokai bukan menekan justru menimbulkan efek keamanan.

Shippo balik menatap di mana semua mata tertuju. Ia ingin. Ingin seorang dominan yang seperti itu.

Tanpa sadar ia sudah berlutut.

.

.

Naraku mengobservasi sekitar. Maniknya mengawasi penuh ketelitian. Beberapa submisif, tak peduli jika dominan yang sebelumnya telah dipilih justru di samping, namun mereka berlutut. Bereaksi atas ritual yang ditunjukkan Sesshomaru.

Hal ini membuat Naraku menggila. Apa yang dilakukan Sesshomaru adalah ritual lama. Temannya sangat perfeksionis, mengikuti aturan lama yang mungkin dilupakan oleh generasi baru dan dibenci para submisif. Tapi, yang terjadi sebaliknya.

Banyak submisif jatuh berlutut.

Menaruh klaim di khalayak umum. Pada generasi sekarang dianggap sebagai merendahkan. Menekan harga diri Yokai lain.

Tangan sang OniGumo mengepal. Ia makin memicing. Jantung berpacu tatkala melirik dua pria di sana tengah mencumbu dalam diam. Aura yang menari-nari, warna perak yang menutupi, ditonton puluhan pasang mata, keduanya masih terikat dalam ritual pembersihan.

"Kau tidak adil, Sesshomaru," ucap sang OniGumo sangat pelan.

.

.

.

Sesshomaru meneliti reaksi Inuyasha. Hanyou ini masih tersadar. Mata yang sudah berembun karena menahan tangis. Ia tahu betul, secara mental ia telah mematahkan sikap berandal hanyou ini. Melukai harga dirinya, tapi ini harus dilakukan.

Kneel For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang