Pahit manisnya
kopi musim semi,Hari itu aku menyapanya.
Topi retro dengan mantel tebal berkancing besar mendampingi setia. Ada pin cantik di dada kiri atas, pemberian dari seseorang yang berharga. Pin nya berbentuk burung merpati putih, melambangkan persahabatan dan mungkin ... Cinta.
Dia dengan palet dan kuas ditangannya mengerutkan dahi, tanda sesuatu tak ia mengerti. Ia memandangi sebuah pohon kokoh tak berdaun, aku paham dan segera menyusulnya.
Ada apa ? Kenapa kamu memandangi pohon itu ?
Ah, saya hanya merasa bingung. Musim telah berganti menjadi semi, waktunya pohon dan bunga bersolek bukan ? Mengapa pohon itu menutup diri ?
Biar kuberi tahu, itu pohon mati, ia tidak adan bermekaran walaupun kau tunggu hingga musim kembali bersemi. Ngomong-ngomong, kopi ?
Ooh, oke terima kasih.
Pertemuan pertama kita yang cukup sederhana. Pertemuan pertama yang sederhana itu kemudian dilanjut dengan pertemuan-pertemuan yang lebih tidak sederhana.
Seperti cinta yang paling sederhana, justru itu yang paling tidak sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal
RomanceHidupkan aku, seribu tahun lagi. Aku kembali. Tunggu aku, seribu tahun lagi, aku di sampingmu.