00.00

111 71 97
                                    

"Ah... masa pagi ini aku harus bercermin di kamar emak dan abah lagi sih ? Menyebalkan sekali !"

Alisa menggerutu kesal sembari melipat selimut coklatnya, ia pun bergegas keluar untuk menyegarkan tubuhnya karena tidak ada ruang lebih untuk membuat sebuah kamar mandi di dalam rumah. Alisa melihat emaknya sedang memasak air panas di dapur, gadis yang baru saja duduk di bangku SMP itu pun sudah selesai mandi dan kembali ke kamarnya untuk memastikan setiap buku serta alat tulisnya telah ada di dalam tas. Wajahnya kaku, mata dan bibirnya kering tak karuan berjalan sempoyongan menuju kamar emak tepat di samping kamarnya.

"Nak, jangan lupa sarapan sebelum berangkat ke sekolah ya..." Emak mengingatkan Alisa yang sedang bercermin di dalam kamarnya.

"Nak, kenapa diam saja ?"

Alisa masih mematung di hadapan cermin dan menyisir rambut panjangnya tersebut dengan sentuhan yang sangat kuat. Ia mencengkram cermin berbidang datar tersebut dengan kukunya yang tajam.

"Aaaarrgh !!! Aku sangat kesal dengan semua ini !!!" Ia sekuat tenaga menahan teriakannya dan matanya yang bulat seolah ingin keluar dari kelopaknya.

"Alisa, sedang apa nak ? Ayo sini, singkong rebusnya sudah matang..." Suara berat muncul dari lelaki paruh baya yang hampir seluruh rambutnya berwarna putih.

"Abah gimana sih ? Alisa kan sudah bilang ratusan kali untuk dibelikan lemari dengan cermin seperti yang ada di kamar emak dan abah !"

"Iya maaf nak, tapi kamu juga tahu kalau abah belum punya uang sebanyak itu."

Anak lelaki berusia enam tahun pun mendekati Alisa untuk memberikan segelas teh manis hangat.

Praaaaang !!!

Pecahan gelas kaca itu pun berceceran di lantai tidak sampai hitungan detik.

"Alisa tidak mau tahu ! Pokoknya saat nanti pulang sekolah, abah sudah harus membelikan lemari yang Alisa inginkan !"

"Kenapa harus bicara kasar pada abah seperti itu sih kak ?"

"Kamu pikir sendiri dong dek ! Kakak harus masuk kamar emak dan abah hanya untuk bercermin setiap hari, apa itu tidak membuang waktu ?" Alisa bertanya dengan melotot pada adiknya.

"Memangnya ada yang salah dengan hal itu ? Kakak cukup berjalan beberapa langkah saja, kenapa harus emosi seperti ini ?"

BRUUUUUG !!!

Anton terjatuh di atas hamparan lantai yang dipenuhi oleh pecahan gelas kaca. Suara tangis mulai terdengar dan seketika pipi kanan Alisa sudah berwarna merah.

"Awww !!! Kenapa abah menamparku ?" Tanya Alisa tanpa menyadari kesalannya.

"Apa kamu tidak lihat adikmu sendiri sedang terluka ?"

"Keterlaluan sekali kamu Alisa ! Adikmu bisa terluka parah jika emak tidak segera mengobatinya !"

"Aku benci kalian semua !" Alisa membanting pintu tanpa mengisi perutnya terlebih dahulu maupun berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Mengapa aku harus lahir dengan keluarga seperti itu sih ? Menyebalkan sekali !" Alisa menggerutu kesal sambil mengusap pipi kanannya yang masih merah akibat ulah abah.

Langkah kakinya semakin cepat karena takut terlambat masuk sekolah di hari pertama.

BUUUUG !!!

Intan yang pada saat itu juga berjalan tanpa rem akhirnya menabrak Alisa tidak sengaja.

"Aduh, maaf kak... Aku tidak sengaja..."

"Iya, tidak apa-apa Alisa" Intan menatap Alisa yang penuh dengan rasa kesal dan warna merah di pipi kanannya mengundang perhatian Intan. Namun, ia merasa bahwa itu bukan haknya untuk bertanya hal yang tidak ada hubungan dengan kehidupannya. Alisa dan Intan tinggal di lingkungan yang sama dan seringkali berpapasan di jalan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

COVERED Where stories live. Discover now