💜

165 31 74
                                    




Teruntuk engkau yang telah menginspirasiku
Membuatku berani melangkah
Dan mengajariku berbagai macam pelajaran hidup
Terima kasih telah lahir
Terima kasih telah hadir dalam hidupku
Dan beribu terima kasih yang bahkan tak akan sampai kepadamu
Semoga kebaikan dan kebahagaiaan tetap tercurahkan padamu
Saengil chukhae hamnida
Min Yoongi

***

Cerita ini hanya khayalan belaka.
Tak perlu diambil hati.

.
.
.
.
.

Lelaki berusia dua puluh tujuh tahun itu menyeruput kopinya nikmat, sembari menonton video musik yang baru saja rilis. Crown.

Ia kemudian menerawang ke arah jalanan, yang sedang ramai di bawah sana dari balik jendela apartemennya. Senyum kecil terkembang di bibirnya. Setidaknya, hal yang baru saja ia lihat menjadi sebuah kebahagiaan kecil-ralat, kebahagiaan besar yang meluber dalam hatinya.


***

Tujuh tahun silam.


Angin berhembus pelan malam ini, membuat pemuda delapan belas tahun yang sedang duduk di bangku taman itu mengeratkan jaketnya.

Jalanan cukup ramai dan orang-orang berlalu lalang di depannya. Orang-orang itu punya tujuan masing-masing, begitu pula dirinya.

Ia menghela napas. Orang bilang, jalan yang ia tempuh masih panjang, sangat panjang.

Kaki kurusnya melangkah menjauh dari bangku yang baru saja didudukinya. Malam yang dingin, sedingin sikap dunia pada pemuda delapan belas tahun seperti dirinya.

.
.
.

"Hey, Yoon! Kau melamun terus akhir-akhir ini" Seokjin memukulkan sendoknya ke dahi mulus Yoongi. Meninggalkan jejak kemerahan di sana.

"Aku sedang berpikir, hyung" Belanya.

"Teruskan berpikirmu itu sampai kau jadi tulang berjalan. Cepat makan, Yoon! Berat badanmu bahkan sudah menyusut dua kilo kemarin" Seokjin mendengus sebal. Adiknya yang satu ini susah sekali disuruh makan.

"Hyung, apa jalan yang kupilih ini benar?" Tanyanya sambil melahap nasi goreng kimchi buatan Seokjin.

"Apanya?" Seokjin menatap Yoongi bingung. Mulutnya masih asyik mengunyah.

"Tidak jadi"

Seandainya bisa dilihat, sepasang tanduk sudah tumbuh di kepala sang hyung.

Malamnya, Yoongi begadang untuk melatih tarinya. Mr. Son bilang, kemampuan tarinya masih kurang. Meski keringat sudah membasahi tubuhnya, ia tak akan berhenti sebelum jatuh terpeleset oleh keringatnya sendiri.

"Kutemani" Seokjin tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Hyung..."

Dan mereka terus melatih kemampuan tari mereka hingga jarum jam menunjuk angka tiga.

.
.
.

Yoongi sedang berada di rumah sakit. Seokjin tertabrak motor tadi sore. Bukannya Seokjin tidak melihat lampu penyeberangan, tapi pengemudi motor itu mabuk berat hingga tak sadar sudah menabrak orang.

"Bisa bicara dengan keluarganya?" Tanya dokter.

"Saya adiknya" Yoongi bangkit dari duduknya dan segera menyusul dokter ke ruangannya.

"Lukanya tidak seberapa parah, namun cedera di kakinya tak bisa sembuh dalam waktu dekat. Apa kakakmu seorang trainee?"

Yoongi mengangguk.

"Sangat disayangkan, tapi cedera di kakinya tak bisa membuatnya menari lagi. Cedera di kakinya sangat parah"

Seperti sambaran petir di siang bolong, Yoongi tidak tahu harus berkata apa untuk menanggapinya.

Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang