Seesaw Game

778 94 15
                                    

Di kota ini, tak ada yang bisa menandingi senyum Yoongi. Manis dan langka. Tiada dua!

Begitulah yang selalu dikatakan si norak Seokjin.

Yoongi mencibir tiap kali omong kosong itu terlontar dari bibir tebal pemuda bermarga Kim itu.

Kenorakan Kim Seokjin yang tiada tandingan itu terkadang benar-benar membuat Yoongi naik pitam. Apalagi noraknya muncul di depan umum. Urgh. Tapi, tak dapat dipungkiri, Seokjin dan kenorakannya pula yang membuat 'senyum langka tiada duanya' muncul.

Ah, Yoongi baru tahu kalau sikap norak bisa menular. Ia jadi terdengar seperti Seokjin sekarang.

"Katakan kimchi!"

Yoongi menoleh ke arah suara ketika blitz kamera menyilaukannya, membuatnya refleks memejamkan mata.

"Ya!! Kim Seokjin!"

Tak terganggu dengan teriakan kesal Yoongi, Seokjin justru tertawa. "Hei! Aku ini lebih tua darimu, jadi, panggil aku hyung!" Seokjin mengerucutkan bibirnya.

"Tidak mau! Kita hanya beda tiga bulan!" Yoongi bersikeras untuk yang satu ini. Ogah sekali ia panggil pemuda dengan mental anak-anak di hadapannya dengan panggilan hyung.

Kemudian atensi Yoongi beralih pada penampilan Seokjin yang lain dari biasanya. "Tumben hari ini kau berpakaian rapi. Mau kemana? Bawa kamera pula."

Seokjin nyengir, menampakkan sederet gigi putih berjejer rapi. "Kita akan tamasya. Semacam mengunjungi--"

"Tunggu, tunggu!" sela Yoongi cepat. "Kita?" Ia coba meyakinkan telinganya sendiri.

Seokjin mengangguk. "Kita. Kau dan aku."

"Tidak mau! Aku sedang malas menghirup udara segar ataupun melihat langit cerah." Yoongi beranjak dari sofa yang ia duduki kemudian merangkak di ranjang empuknya. Ia hanya butuh tidur di hari Minggu yang damai ini.

"Waa!!" Yoongi berteriak ketika kakinya ditarik, membuat tubuhnya jatuh tengkurap diranjang lalu terseret beberapa senti. "Yaa!! Seokjin!"

"Cepat ganti baju!" Seokjin berdesis. Kesal dengan vampir yang satu ini. Kerjaannya hanya berbaring di atas ranjang. Pantas saja tubuhnya tak tinggi-tinggi.

"Kalau tidak, fotomu saat berjambul kakaktua bakal kusebar ke media sosial!"

***

Yoongi menoleh sekeliling. Keningnya mengkerut dengan ekspresi muka yang sangat tak enak dilihat. "Kenapa kita kemari, sih?"

Seokjin yang fokus dengan kameranya akhirnya menoleh. Senyum lebar merekah dibibirnya. "Kau ingat tempat ini?"

Bola mata Yoongi berotasi. "Siapa pula yang tak tahu wahana liburan terbesar di kota?"

Seokjin memukul lengan Yoongi gemas, membuat si empu meringis. "Bukan itu!"

Yoongi mendengus. "Ini destinasi tour kita waktu SD." Ia berkata tak yakin.

"Masa kau lupa, sih?" Seokjin mulai uring-uringan. "Ini tempat kita pertama kali bertemu! Lihat!" Pemuda bermarga Kim itu menunjuk kincir penuh manusia di depannya kemudian lantai yang ia injak. "Di sini! Tepat di depan kincir!"

Yoongi melongo. Sebenarnya, Seokjin ini kenapa? Ia tahu Seokjin memang bukan orang normal, tapi, kali ini keabnormalannya terasa lebih pekat. "Kau ini kenapa, sih?"

"Ingat tidak?" Seokjin mengabaikan pertanyaan Yoongi, justru sibuk memandangi langit. Seolah hamparan biru dengan gumpalan putih itu menampilkan berbagai adegan di masa lalunya.

Seesaw Game [1/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang