Satu

6 1 0
                                    

Entah harus kumulai dari mana. Waktu itu dia datang begitu saja. Memberikan kenyamanan, dan tiba-tiba menghilang entah apa sebabnya.

Dia membuatku nyaman akan sikapnya. Dia membuatku berfikir bahwa dia ingin menjalin hubungan denganku.

Aku menyukainya karna kenyamanan yang dia berikan.

Kala itu, disaat aku tengah terpuruk karena kehilangan seseorang. Dia datang. Dia seperti memberikanku semangat baru. Tuhan, aku menyukai hamba-Mu yang satu ini.

Dia tidak istimewa, dia tidak terkenal, tapi aku hanya mengutamakan rasa nyaman dalam sebuah hubungan.

Aku sangat suka menuliskan namanya di meja, bagian belakang buku tulis, dan papan tulis. Di papan tulis pun, aku selalu menulis namanya ketika jam kosong. Lalu aku menghapusnya dan menulisnya lagi. Seperti itu berulang-ulang.

Selang seminggu kemudian, dia menjauh bahkan menghilang tanpa kabar. Pesanku hanya dibaca. Ya, dia benar-benar menjauh.

Hal itu membuatku berfikir "Apakah selama ini ada yang salah dari sikapku? Apakah ada yang terlalu berlebihan? Sepertinya tidak! Saya bersikap biasa saja. Tidak mencolok, tidak dibuat-buat. Lalu apa?"

Dia menjauh :')
Namun aku masih selalu menuliskan namanya di meja, buku, dan papan tulis kelas. Aku tidak pernah bosan menuliskan namanya disana. Setiap hari sepertinya hanya itu yang kulakukan. Menulis, menulis, dan menulis namanya berulang ulang.

Hingga saat itu, aku masih menuliskan namanya di buku ku, buku ku berteriak.
"Heii! Sudah! Hentikan! Kau tak benar-benar bersamanya kan? Dia hanya sementara singgah! Dia tidak berniat membuatmu bahagia! Sudah cukup! Aku muak terus menerus melihatmu mencoret bagian tubuhku dengan namanya. Jangan menuliskan namanya di tubuhku lagi!"

Oke baik, dengan kesal kututup buku itu. Aku mencoba menuliskan kembali namanya di meja. Dan meja berkata.
"Heii sudahlah! Masih banyak nama lain kok. Apakah kau tidak bosan terus-menerus menuliskan nama itu? Sudah jelas pemilik nama itu tidak peduli lagi padamu. Cukup! Hentikan kebodohanmu! Silahkan mencoretku kapanpun kamu mau. Tapi jangan menuliskan namanya lagi di tubuhku.

Kenapa?

"Aku bosan melihat namanya tertempel di tubuhku. Padahal akhir akhir ini aku melihat ekspresi wajahmu berubah ketika menulis namanya. Aku tahu, pasti dia pergi dari hidupmu kan? Sudahlah! Masih banyak nama lain yang bisa kamu tulis disini."

Aku beranjak pergi. Menuju ke papan tulis.

"Heii kau mau apa?"

Menulis namanya

"Lagi? Apakah kau tidak bosan?"

Tentu tidak.

"Aku bosan. Bisakah kau menulis nama lain? Lihatlah! Dia tidak peduli lagi denganmu. Sudah cukup! Jangan tulis nama bodoh itu lagi!"

Yaahhh... Baik baik...

***

Dia benar-benar pergi :')
Ingin sekali aku bertanya padanya "Mengapa kau seperti itu? Jika tak ada niat, setidaknya tak usah mendekat dan membuatku nyaman!"
Tapi aku terlalu takut untuk mengatakan itu semua. Entahlah. Mungkin aku pengecut :)

***

Heii? Masih ingat denganku? Iya, yang dulu pernah kau dekati tanpa niat ingin memiliki. Jangan lakukan hal itu kepada wanita lain, ya! Cukup aku saja yang merasakannya :)

Kau tidak canggung bertemu denganku? Apakah kau merasa bersalah? Ahh entahlah aku hanya menerka-nerka.

Pesanku, jika kau sudah mendapatkan wanita yang baik, tolong jangan perlakukan dia seperti caramu memperlakukanku! Jaga perasaannya dengan baik, hargai dia! Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu itu, ya :)


#VtrZinzmN. :')

Heart DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang