Pohon beringin angker itu akhirnya tumbang rakyat yang tak lagi takut mitos merobohkannya dengan penuh dendam. Bagaimana tidak, setan-setan penghuni beringin itu sudah keterlaluan. Genderuwo suka menculik orang yang bicara kebenaran. Tuyul tak hanya mencuil receh, tetapi juga mengembat duit iuran. Sundel bolong mulai berani membolongi peraturan.
Kuntilanak menguasai jalan bebas hambatan. Pocong menyumpalkan talinya kemulut wartawan. Sedangkan iblis menutupi semuanya dengan senyuman.Di hari tumbangnya pohon itu, setan-setan berhamburan ada yang sembunyi di pohon cemara, ada yang nyasar sampai ke yordania ada yang pura-pura masuk penjara ada yang menyamar jadi rakyat biasa, sedangkan iblis pura-pura sakit dan amnesia.
Setelah situasi tenang, mereka berkumpul kembali mengatur rencana.
"Bagaimana jika masih ada yang mengungkit kejahatan kita?"
"Ya racuni saja!"
Setelah iblis kembali ke alamnya. Genderuwo seketika jadi putra mahkota, meski ia hanya seorang menantu ilmu penyamarannya dianggap paling jitu ia bisa menyamar jadi siapa saja, masuk kedalam lapisan masyarakat bahkan kaum elit dunia, dan lebih sakit lagi ia bisa memutar balikan fakta dan wacana.
Lihat saja sesungguhnya dialah yang berkawan karib dengan mama Rika dan Cici Nana, namun yang dianggap aniek-aniek adalah musuhnya.
Tapi sayang menumbuhkan kembali pohon beringin angket itu bukan perkara gampang, lima tahun silam masyarakat menanam biji-bijian ditempat itu, dan kini tumbuhlah pohon rindang yang berbuah lebat.
"Tiada jalan lain masyarakat harus kembali ke semula percaya pada mitos-mitos dan tak boleh menggunakan akal sehat"
Ternyata siasat itu berhasil, kini sebagian masyarakat mengutuk sumpah pohon itu.
"Apa kalian buta? Lihatlah ranting pohon itu, berbentuk palu dan arit"
"Pohon itu tak mengarah ke kiblat! Dasar pohon sesat"
"Dia berbuah sebelum musimnya, dasar pencitraan"
"HIDUP GENDERUWO"