💣Prolog💣

218 21 20
                                    

"Jikalau kita dipertemukan oleh waktu...
Biarlah waktu juga yang akan memisahkan.
Bukan aku,kamu,atau siapapun itu."
 

                           _Ciko_

"Dev,Dev! Si Ciko lagi berantem di belakang sekolah!" Yaelah,belum ada berapa detik supaya bokong Devany mendarat di atas kursi mungilnya itu, tiba-tiba Suji datang dengan suara heboh. Nafasnya terengah-engah kayak baru siap lomba maraton tingkat nasional.

"Aduh,sama siapa lagi sih dia berantem? Kenapa Ciko gak ada lelah-lelahnya berantem sama orang? Udah gue baru balik dari perpus,capek tau!" Geram Devany sambil meletakkan buku yang baru dia bawa dari perpustakaan ke atas meja. Gadis itu diam sebentar.

Kemarin ,sama Kevin.

Setelah itu ,kakak kelas.

Dan sekarang, siapa lagi?

Dia menatap Suji kesal. Raut wajahnya yang terlihat marah membuat Suji sedikit merasa gak enakan. "Yaudah,temeni gue kesana!" Ajaknya sesaat kemudian. Yah walaupun dia kesal bercampur capek, Ciko tetaplah Ciko. Dia gak mungkin berdiam diri dan menunggu si kunyuk itu makin membuat masalah besar di kantor BK. Sialnya Devany tak setega itu orangnya.

"Huhhftt" Gadis itu memutar bola matanya jengah lalu bangkit berdiri dengan malas.

Ciko,awas aja kalau Lo yang buat masalah deluan!

"Kuy!" Suji yang setuju dengan Devany pun menarik tangan sahabatnya itu lalu berjalan menuju tempat kejadian,dimana sang penakluk hati dari gadis berkacamata disampingnya sedang bertarung.

🎈🎈🎈

"Bangsat!"

Ciko,dengan gaya khasnya yang gak pernah berubah, sorotan mata tajam yang menakutkan sampai ke dalam urat nadi ,menarik kerah seorang cowok yang keliatannya merupakan lawan dia bertarung.

"Gue udah pernah bilang. Kalau Lo ada masalah sama gue, jangan bawa-bawa sampe ke nama keluarga bahkan bokap gue!" Bentak Ciko dengan suara beratnya. Suara yang sedikit serak basah tetapi terdapat aura mematikan.

Cowok di depan dia hanya diam. Mengumpulkan sisa tenaga yang di punya untuk menatap mata cowok yang tadinya hendak dia habisi,malah sekarang menghabisinya.

"Lo pikir gue takut sama ancaman Lo? Mana ada faedahnya Lo buat gue begini." Balasnya meremehkan. Dia meludah enteng hingga kena ke baju seragam milik Ciko.

Dan itu yang Ciko tak suka.

Diremehkan. Yah, diremehkan!

"Shit! Lo pikir gue takut sama Lo? Gue udah tahan ya emosi gue dari tadi! Lo dikasih jantung malah minta hati lagi ya!" Desis Ciko emosi. Kerumunan yang menjadi penonton tidak digaji tidak diundang mendadak ngeri. Mereka tau apa yang akan terjadi.

"Silahkan! Gue ada wajah mulus yang bebas Lo pukul! Tapi,selagi lo masih ada nyali sih! Kalau enggak,yah mending pergi aja sama nyokap Lo. Minta susu terus didongengi!" Balasnya cowok yang keningnya sudah berdarah itu dengan santai.

Sialan nih bocah!

Tangan Ciko yang sudah terkepal kuat, terlihat jelas urat-uratnya mulai mengeras. Sangking kuatnya dia mengepalkan tangannya,kulitnya sampai terlihat pucat. Matanya makin membara, sorotannya menajam dan penuh amarah. Dan terakhir,dagu cowok itu mengeras, sampai-sampai bentuk tulang dagunya seakan terlihat jelas.

Ciko and DevanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang