1. Empat Serangkai

29 5 3
                                    

06.15

Banyak anak laki laki membawa sepeda motornya menuju tempat parkiran dekat sekolah. Satu demi satu motor dengan pemiliknya berdatangan. Mereka tidak langsung menuju sekolah, melainkan lebih memilih nongkrong dan menunggu teman. Sepertinya sudah menjadi tradisi turun temurun.

"Oy, gue masuk duluan."

"yoi, jangan lupa nanti istirahat main futsal. " kata anak yang berambut macam mi kuah—keriting dan lepek. Satu orang dari geng tadi berjalan menuju sekolah. Disusul dengan ketiga temannya.

"Tumben lo duluan."

"Gue males banget kalo kena hukum, ribet."

Mereka berempat berjalan dilorong sekolah. Seperti Four Musketeers. Jika seorang Musketeers menyelamatkan seseorang dari masalah, lain hal nya dengan keempat orang itu. Deni, Raksa, Heru, dan Rio mereka adalah Four Musketeers atau lebih tepatnya 4 serangkai pembuat onar.

Mereka berempat saling menaruh tas dibangku nya masing masing. Duduk dan berdiam diri dibangku masing masing. Masih pagi kejahilannya belum dimulai.

Pelajaran jam pertama baru dimulai. Guru IPA—yang juga wali kelas 12 IPA 2—mengisi jam pertama dikelas. Bu Deby bukanlah guru killer yang hobi menindas anak didik nya. Beliau orangnya seru dan bisa dibilang friendly, juga suka melontarkan lelucon saat kegiatan belajar mengajar agar anak anak tidak terlalu tegang.

"anak anak, saat ini telah banyak teknologi yang menggunakan magnet.  Salah satunya adalah GPS." anak anak mengangguk sok paham. "tak hanya manusia, hewan juga memanfaatkan medan magnet bumi untuk bermigrasi. Itulah mengapa, hewan tidak tersesat ketika bermigrasi."

"Oh gitu." ujar deni sambil mengangguk kan kepala seakan akan paham dengan pelajaran yang dijelaskan. "Saya nggak punya magnet bu tapi kenapa cewek cewek pada tertarik ke saya? Apa karena ketampanan saya?" kata deni menggombal.

Seluruh kelas tertawa dengan gombalan receh ala deni. Deni memang diakui sebagai tukang gombal dikelas sukanya menggoda. Anehnya, tidak ada yang pernah baper dengan gombalan deni. Mungkin anak kelas sudah kebal. Bu deby tampak pasrah dengan gombalan deni.

"cit, lo dikode tuh sama deni." teriak heru.

"padahal udah gue kode dari dulu,  tapi tetep aja nggak peka heran gue, apa kode yang gue kasih kurang jelas? "

Citra sepertinya jijik dengan gombalan deni. Citra tau kalau deni hanya bergurau dan tidak memasukkan nya kedalam hati. Mungkin selera citra bukan seperti deni.

🎓🎓🎓

Lantunan bel istirahat bagaikan nyanyian dari surga untuk mengakhiri penderitaan yang mereka lewati selama 3 Jam pelajaran. Seperti biasa, 4 serangkai itu langsung ngacir kekantin untuk mengisi perut cacingan mereka.

"waduh, uang gue ketinggalan dirumah, gimana nih?"Kata raksa sambil memasang muka memelas.

Rio yang mengerti arah pembicaraan raksa, langsung mengamankan uangnya. "hilih, bilang aja lo mau ngutang lagi, kalo nggak gitu minjem duit gue."

Raksa meringis, ia merasa gagal untuk menarik belas kasihan dari teman nya. Untuk menaklukan anak dongok macam rio saja dia tidak bisa. Bagaimana dengan deni atau heru?

"hehehe ketauan, Gue pinjem dong buat beli makan."katanya memohon

"Dihhhh ogah."

"Ayo dongg kalo gue kelaperan gimana  lo enggak kasihan ama gue, berbagi itu indah."katanya sambil mengeluarkan jurus ampuhnya.

"nggak, gue lagi menghemat pengeluaran. Minta aja sono sama heru."

Mendengar perkataan rio,  raksa langsung keringat dingin. Bisa dibilang, semua anak laki laki—terkecuali anak perempuan—tunduk pada deni dan heru. Mereka semua selalu menuruti kemauan deni dan heru. Deni yang mengerti permasalahan raksa, langsung meminjamkan uangnya pada raksa. "nih, pinjem duit gue dulu. Besok baru lo balikin." raksa tentu saja menerimanya dengan senang hati. Lalu berlari menuju penjual soto langganan empat serangkai.

Mereka memilih bangku yang berada ditengah tengah kantin. Katanya, kalo duduk dibangku itu, mereka akan mendapat perhatian lebih. Jangankan perhatian, dilirik saja tidak pernah. Sesi makan empat serangkai terlewati dengan hikmat. Hari ini mereka tidak membuat keributan. Suatu hal yang patut di apresiasi karena sejatinya empat serangkai diciptakan untuk membuat keributan. Mereka berjalan beriringan menuju habitat asli mereka—12 IPA 2. Keadaan kelas 12 IPA 2 ricuh karena jamkos. Yaaa seperti itulah kalian pasti tau bagaimana suasana saat jamkos, tiba tiba seorang guru perempuan muda datang menggantikan guru yang tidak datang. Para siswa yang tadinya sibuk dengan dunianya sekarang mulai diam karena ada guru dikelas.

"Anak anak saya pengganti guru yang tidak hadir hari ini, tugas saya menggawasi kalian supaya kalian tidak keluar kelas atau semacamnya."

"Bu kenapa gurunya enggak hadir."

"Ada urusan kedinas." katanya sambil tersenyum "Kerjakan tugasnya."

"Bu belum dikasih tugas sama gurunya." kata ketua kelas

"Ohh kalo begitu kerjakan paket UN saja." kata guru itu

"Bu, ibu cantik." kata deni merayu lagi

"Iya cantik karena ibu perempuan"

"Iya kayak milea." kata deni

"Ohhh yang di film dilan itu ya? kamu suka film dilan??"

"Enggak aku suka nya ibu."

Yaaa begitulah deni gombal gombal dan gomball saja bisanya cringe memang tapi begitulah kenyataan nya. Untung saja guru itu hanya memaklumi sifatnya itu, tidak mungkin lah tergoda dengan deni.

"Ehhh nop, lihat wajah lo tuh rasanya gue pengen nonjok"

"Hai fanss"

"Yeeee sapa juga yang ngefans sama lo, keburu jijik gue"

"Bacotttt"

Novi yang suka menjadi bahan bullyan 4 serangkai. But.... Masih batas aman you know laahhhh omongannya jangan dimasukkan hati cuman candaa..

So.. Kalian sudah mengenal 4 serangkai dikelasku. Jika kalian ingin tau seperti apa 4 serangkai itu kalian bisa menilainya sendiri....



Stay tuned buat cerita selanjutnya
Thank you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rewind [Classmate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang