Happy Reading...
Seorang siswa SMA sedang berjalan dengan seragam putih-abu abunya yang berlumuran darah. Wajahnya mememar sana sini. Terlihat bengkak pada ujung matanya. Dan ternodai darah di sudut bibir kanan dan pelipis kiri. Siswa itu tampak seperti zombie yang sedang berjalan di sebuah rumah yang sangat mewah dan luas.
Langit Saputra Antartika. Itulah namanya. Siswa SMA Merah Putih. Langit adalah ketua geng besar disekolahnya. Dia akan melakukan apapun demi menjaga geng nya itu. Karna menurutnya geng itu adalah sebuah keluarga.
Langit terus berjalan lalu menaiki satu persatu anak tangga. Langkah demi langkah. Baru lima anak tangga yang dia naikki, sudah ada suara yang membuat langkahnya terhenti. "Kak Langit, udah pulang?" Suara itu berasal dari belakang Langit dan terdengar seperti suara wanita. Langit langsung memutarkan badannya.
"Kamu belom tidur?" Tanya Langit.wanita itu menggeleng. Dia terlihat sangat imut. "Kak, aku bosen ngeliat kakak!" Ucap wanita itu dengan ekspresi yang sangat dingin. Langit menampakkan senyuman lebar dibibirnya lalu dia kembali menuruni anak tangga dan menghampiri wanita itu. "Senja, kalo kakak pergi dari sini, nanti kamu rindu, sekarang kakak sering pulang kamu bosen, mau kamu apa senja?" Tanya Langit. Senja saputri Antartika. Atau biasa dipanggil Senja dia adalah adik Langit.
Langit sangat menyangi Senja, bahkan dulu pernah Langit menghajar Seorang lelaki karna telah menyakiti hati Senja. Dan lelaki itu langsung meminta maaf kepada Senja. "Kakak mandi, nanti aku obatin." Ucap Senja sambil berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, tepatnya samping kamar Langit. Langit langsung mengambil handuk dan segera mandi.
***
Satu jam berlalu, Langit turun dari kamarnya melihat Senja duduk depan televisi. Langit langsung menyamperi Senja dan duduk disebelahnya. "Kakak pamit keluar ya?" Tanya Langit. Senja menatap Langit. "Aku obatin dulu luka kakak, baru boleh pergi." Ucap senja lalu dia mengambil kotak P3K.
Senja mulai mengobati satu persatu luka Langit lalu mengambil plaster untuk menutup luka yang ada di pelipis kiri Langit. "Udah selesai! Sana pergi!" Ucap Senja lalu memberesi kembali alat alat ataupun obat obatan yang baru saja dia pakai. "Yaudah kakak pamit, nanti kakak pulang jam sepuluhan, kamu mau nitip apa?" Tanya Langit. "Hmmm, nggak deh, aku lagi diet." Balas Senja. "Kalo papah pulang bilang aja kakak pergi." Ucap Langit sambil berjalan kedepan pintu.
"Papah?" Senja langsung tersenyum sinis. "Emangnya dia perduli sama kita?" Tanya Senja sambil berjalan untuk menaruh kembali kotak P3K ketempatnya semula. Langit yang mendengar itu pun langsung ikut tersenyum sinis. "Iyaya, kakak lupa!" Ucap Langit dingin lalu keluar melewati pintu dan meninggalkan Senja sendiri.
***
Seorang gadis sedang menikmati langit malam kota jakarta yang sangat ramai dan padat. Gadis itu duduk disebuah bangku di taman kota. Banyak orang yang berlalu lalang disana. Gadis itu tersenyum melihat banyaknya anak kecil yang berbahagia bersama orang tua mereka masing masing.
"Waaaa..." terdengar suara tangisan di telinga gadis itu. Gadis itu mencari dari mana sumber suara itu. Dan ternyata dari seorang anak yang berdiri tak jauh darinya.
Gadis itu menyamperi anak kecil itu. "Kamu kenapa nangis? Dimana ibumu?" Tanya gadis itu kepada anak kecil yang ada didepannya.
"Ibu lagi beli es krim buat aku, aku disuruh menunggu disini sambil bermain balon, tapi balon ku terbang..." jawab anak itu lalu kembalu menangis.
Gadis itu mulai bingung. "Eh, jangan nangis. Kakak punya dua permen buat kamu, kamu mau?" Tanya gadis itu yang langsung di respon anggukan pelan. "Tapi harus janji jangan menangis lagi?" Tanya gadis itu. Anak lecil itu mengangguk lalu gadis itu mengasih dua permen strawberi dan coklat. Anak itu terlihat sangat senang. "Makasih kak, nama kakak siapa? Nama aku devan." Ucap anak itu. "Nama kaka Bintang Devalova Reynathan biasa nya dipanggil Bintang." Ucap bintang sambil menunjukkan senyum manisnya.
"Kak Bintang cantik, nanti kalau aku sudah besar, aku ingin menikahi kakak boleh?" Tanya Devan bocah berumur sekitar 5-6 tahun. Bintang tertawa mendengar itu. "Tumbuh besar dulu ya?" Tanya Bintang Devan hanya mengangguk kencang karna bersemangat.
"Devan, kaka pergi dulu ya?" Ucap Bintang. Devan menganggukkan kepalanya. "Dadah kakak..." ucap Devan sambil melambaikan tangan ke arah Bintang yang mulai jauh. Bintang pun membalas lambaian tangan anak itu.
"Ada ada aja, masih kecil juga." Ucap Bintang. Bintang berjalan pelan diatas trotoar jalan. Saat asik berjalan tiba tiba rintikan hujan turun. "Aduh hujan lagi, aku harus neduh dimana ya? Biar nggak sakit, soalnya kan aku besok harus masuk ke sekolah baru aku." Tanya Bintang pada dirinya sendiri.
Mata Bintang terus berkeliaran mencari tempat untuk berteduh. Untungnya ada sebuah minimarket didekat sana, jadi Bintang bisa meneduh disana. Dengan langkah yang cepat, Bintang menuju ke minimarket tersebut sebelum tubuhnya benar benar basah terkena air hujan. "Untung saja, tidak basah semua."
Bintang terus menunggu hingga hujan reda, namun sudah setengah jam Bintang menunggu huja malah semakin kencang, dan tubuh Bintang mulai gemetar. Bintang tak kuat dengan udaranya. Sangat dingin, apalagi dia tidak memakai jaket.
Saat Bintang sedang berdiri memegangi lengannya, Bintang merasa ada yang menaruh sesuatu di badannya. Benar, sebuah jaket berwarna hitam biru sudah terselampir di bahu Bintang. Lalu Bintang melihat seorang lelaki yang berlari kecil dari sampingnya menuju kesebuah motor yang sangat besar. Bintang bingung mengapa pria itu menaruh jaketnya ke bahu Bintang.
Melihat lelaki itu yang mulai ingin menjalankan motornya, Bintang menjadi bingung harus apa.
'Brummmm...'
Suara derum motor itu mulai terdengar. "Eh kamu! Makasih ya jaketnya!" Teriak Bintang kepada anak lelaki itu. Lelaki itu hanya mengacungkan jari jempolnya ke atas lalu pergi dengan kecepatan yang sangat cepat membelah jalan kota jakarta.
Bintang tersenyum kecil. "Ternyata, masih ada ya anak lelaki yang baik dan perhatian kalau melihat orang lain lagi susah." Gumam Bintang. "Eh tapi gimana aku ngebalikin jaket ini?" Tanya Bintang pada dirinya sendiri.
Saat Bintang melihat lihat jaket yang sedang dia pakai, tiba tiba matanya terarah pada bagian dada sebelah kanan. Terdapat sebuah ukiran nama disana. "Langit Saputra Antartika. Namanya bagus, pasti orang baik. Bakal aku cari orangnya!" Ucap Bintang.
***
Haiii....
Maaf ya, cerita aku yang kemaren aku hapus karna eror... jadi aku bikin baru lagi, nggak beda kok, tetep sama... tapi mungkin ada bedanya dikit...Setelah baca jangan lupa Vote and Comment ya???
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionCover by @Antyestivalda Plagiat dilarang mendekat... Tolong kasih saran kalau aku salah... Jangan lupa juga setelah membaca budidayakan Vote and Comment yaaa... -ceritanya dijamin seru -nggak bakal ngecewain para pembaca... -update nya suka...