Seharusnya aku tak melakukannya
Seharusnya aku mengabaikannya,
Seolah aku tak melihat
Seolah aku tak bisa melihat
Seharusnya aku tidak melihatmuLenguhan panjang menggema di sebuah kamar hotel itu disertai jeritan ngilu karna pria yang barusan bermain dengannya serta merta menarik batang tubuhnya dari dalam kehangatan milik lelaki di bawah kuasanya.
Pria itu beranjak dari tempat tidur kemudian memakai dan menaikan resleting celananya, membiarkan kemejanya yang kusut akibat perbuatan lelaki satu malamnya yang masih memejamkan matanya dengan nafas terengah-engah terlentang tanpa sehelai benang pun yang menutupi.
Pria itu tanpa mengatakan apapun lagi langsung meninggalkannya dengan selembar cek yang dia taruh di atas nakas samping tempat tidur.
Brengsek!
Yah, itu adalah nama lain paling tepat untuk pria itu. Dia salah satu pelanggan setia di klub malam elite tempat Krist bekerja yang memang menyediakan jasa pelacur untuk para tamunya pakai. Pria kaya raya yang tak pernah mengenalkan siapa dirinya bahkan namanya saja tidak ada yang tahu. Boss dan pelayan klub hanya biasa memanggilnya 'Khun'.
Krist menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya yang mandi keringat lalu menyandarkan kepalanya di kepala tempat tidur. Holenya masih berdenyut sakit. Meskipun ini bukan pertama kali baginya tetapi tetap saja tubuhnya belum terbiasa untuk menerimanya dengan santai. Sudah lima bulan ia melakukan pekerjaan menjijikan ini. Tuntutan hidup mengharuskannya memilih jalan seperti ini karena hanya inilah satu-satunya pekerjaan yang menghasilkan uang banyak dengan begitu cepat. Tapi Krist merasa beruntung, katakanlah Krist gila yang masih bias bersyukur di sela-sela kotornya pekerjaan seperti ini. Yang membuatnya merasa bersyukur adalah karena dari awal dirinya menjerumuskan diri kedunia kotor ini, pelanggannya hanya satu. Ya, pria itu lah satu-satunya pelanggan yang memakai dan menikmati tubuh tak seberapa indah miliknya. Pria itu bahkan tak mengijinkan bos pemilik klub malam tempat Krist bekerja menyerahkan Krist dengan orang lain selain dirinya. Bias dibilang dirinya sudah pria itu beli untuk waktu yang tidak di tentukan.
Pria yang sampai saat ini bahkan tidak Krist ketahui namanya.
Setiap sex yang mereka lakukan, Krist hanya memanggil pria itu dengan sebutan yang ia buat sendiri untuknya. P'Lion, nama yang cocok untuk menggambarkan pria itu karena permainannya yang selalu keras dan kasar. Tenaganya bahkan seperti tak pernah habis untuk terus melakukannya kepada Krist, bahkan Krist pernah tak sadarkan diri disaat pria itu masih asik menggenjot tubuhnya.
*****
"Kemana menyewa pelacur lagi?" Tuan Ruangroj sudah tidak bisa menahan amarahnya pada putranya yang selalu menyewa jasa pelacur untuk memuaskan hasrat lelakinya. Pulang dini hari dalam keadaan bau khas yang bahkan orang awam pun tahu maksudnya.
"Padahal kau tahu dan sadar bahwa kau sudah mempunyai calon istri, kenapa kau tidak melampiaskan hasratmu padanya, heh?"
Gerakan tangan Singto yang akan menenggak air putihnya terhenti di udara. Dia meletakkan kembali gelas itu lalu memusatkan perhatiannya pada Ayahnya. "Itu urusanku. Urusanmu hanyalah memakaiku untuk menjadi alat bisnismu."
Singto bisa melihat rahang pria di depannya mengeras dan tangannya sudah terkepal di atas meja. "Terima kasih atas makanannya. Aku berangkat." Singto bangkit dari duduknya lalu melenggang santai keluar rumah tanpa melirik pada pria paruh baya yang menatapnya tajam dan tak terbaca.
"Anak itu!" desis tuan Ruangroj tertahan. Dia menarik napas perlahan. Menormalkan kembali ekspresinya yang menegang. Memijat pelipisnya. Dia tidak boleh terpancing oleh kelakuan putranya yang belakangan ini semakin beringas.

YOU ARE READING
WITHOUT WORDS
Romancetanpa kata-kata kau terlibat dalam duniaku yang menjijikan. kau menjadikannya sebagai kesenangan. tanpa kata kau membuatku semakin terjebak dalam pesona yang tak bisa ku abaikan. backsound Park Shin Hye - Without Words (Ost You're beautiful)