CHAP 1

1.9K 89 8
                                    



Levin tau rasanya patah hati itu tidak ada yang enak, rasanya seperti dunia seakan di penuhi dengan rasa hampa dan keputus asaan.

Levin pernah patah hati, patah hati pada adik angkatnya yang sekarang sudah di miliki kakak sulungnya, ia juga tau ada tiga teman yang juga sedang patah hati oleh adik angkatnya itu, tapi Levin sadar kalau patah hati bukan akhir segala nya.

“patah hati sih boleh tapi ikhlasin aja, entar juga sembuh sendiri” mingyu tertawa sambil meminum kopi nya, lelaki dengan nama lengkap mikail geovano yudistita itu berkata dengan nada jenaka.

“lo pikir ikhlas segampang lo beli permen” elang menyahut sambil ingin menyalakan rokoknya yang langsung di rebut oleh mingyu. Melihat itu jack dan Levin malah tertawa dan menyalakan rokok mereka.

“santuy kali ming, yang rusak kan juga paru-parunya si burung bukan lo” jack berkata.

“sudah ribuan kali gue jelasin kalau perokok pasif lebih beresiko dari perokok aktif kayak lo bertiga” mingyu menjawab dengn kesal.

Levin tidak terlalu perduli dengan obrolan ketiga temannya yang pernah berseteru dengannya itu, Levin lebih memilih menikmati batang rokoknya, menghisap nikotin itu dan menghembuskan asap nya ke udara.

“list cewek jomblo tahun ini di kampus siapa aja jack?” mingyu bertanya.

“banyak” jack menjawab “ada echa anak seni semester tiga, terus hana anak hukum semester lima, buk wendy juga jomblo, dosen psikolog cantik yng pintar calon ibu dari anak-anak laki nya entar”

“lo enggak minat?” elang bertanya.

“gue mau cari yang bule, kayak leena atau lyra” jack tertawa.

“leena ganas” mingyu ikut terkekah kecil.

“ada satu lagi, yang baru jomblo” jack tersenyum lebar. “kakaknya vita, roseeee”

Levin melirik ke arah jack, Levin mengaku kalau ia lumayan tertarik dengan rose. Gadis berambut coklat itu punya daya tarik tersendiri, apalagi setelah beberapa kali gadis itu menghibur Levin walaupun rose tidak tau masalah nya, rose tidak pernah bertanya tentang apa yang di alami Levin tapi ia tetap memberikan dukungan moral.

Levin tertarik dengan rose sebagai teman, tidak lebih. Hanya itu yang di yakini Levin untuk sekarang.

“mantan gebetan kalian kan?” elang bertanya.

“jeffry udah syukur dapat yang kayak rose, malah putus” mingyu berkomentar “eits, tapi bukan berarti gue mau ngejar rose, gue mau jomblo aja lah mau fous kuliah”

“gaya lo mau fokus, nemu degem aja udah goyah lagi” jack membalas.

“vin, shasha kayaknya suka sama lo deh” elang berkata.

“gue saranin sama kalian kalau punya gebetan baru jangan sampai doi kalian liat Levin, bisa banting stir ngejar Levin entar” jack menyahut.

“gue lagi enggak pengen mainin cewek atau seriusin cewek manapun" Levin menjawab.

“mati keracunan asap rokok gue lama-lama sama kalian, gue balik duluan ya.” Mingyu bangun dari duduk nya “rung, lo besok daftar kuliah langsung ke kampus aja, entar telpon gue”

“oke bro ming” elang menjawab

“sejak patah hati kalian jadi kayak adek kakak ketemu gede aja, vita rose ini mah lewat” jack berkomentar.

“ming, bareng. Gue juga mau pulang” Levin mematikan rokoknya “duluan”

“sejak kapan Levin jadi so alim pulang jam sepuluh malam tepat” jack mengerutkan keningnya.

Elang hanya menggelengkan kepalanya dan menyalakan rokok kedua nya.

[]

Levin dan mingyu mengerutkan kening mereka lalu saling melempar pandang, sudah sejak jam tujuh tadi mereka berada di lantai dua tempat bermain billiard yang punya restoran mewah di lantai satu nya.

Mereka juga baru saja membicarakan tentang rose yang baru putus, gadis yang baru saja mengganti rambutnya dengan warna coklat itu, kini sudah mengganti gaya rambutnya lagi dengan warna blonde dengan gaya rambut bervolome membuat rose terlihat seperti selebritis Hollywood.

Tapi yang ada di pikiran Levin dan mingyu sekarang, apa mereka harus menolong rose dengan mata yang siap menumpahkan air mata karna berbicara dengan jeffry.

“gue enggak mau ikut campur masalah mereka, tapi rose teman gue” mingyu berkata.

“lo duluan aja, biar gue yang bantuin rosie” Levin menjawab

“lo yakin?, tapi terserah lo sih lagian lo juga sepadan sama jeffry. Jeffry dia-diam ganas, lo mantan preman sekolah. Pas kan” mingyu tersenyum
Levin terkekah lalu menepuk bahu mingyu lalu berjalan mendatangi rose.

Rose tau kalau hubungan nya dan jeffry suda tidak punya harapan, rose juga tidak ingin terlibat lagi dengan masalah keluarga jeffry. Bukan karna rose tidak mencintai lelaki tampan itu lagi, bukan juga rose tidak ingin memperjuangkan cintanya lagi, tapi rasanya percuma kalau ujungnya rose hanya menjaga apa yang bukan miliknya. Dua minggu jeffry tidak ada kabar, bahkan pacarnya itu tidak tau kalau vita adik rose.

Banyak hal yang ingin rose ceritakan pada jeffry, tapi sepertinya tidak akan bisa lagi, karna seminggu dari sekarang jeffry sudah menjadi calon suami orang, atau lebih tepatnya jeffry sudah jadi calon suami clara sejak satu bulan yang lalu.

“aku salah, aku bohong tentang masalah ini, tapi jee aku Cuma enggak ingin kamu kepikiran apalagi kamu lagi nyusun skripsi. Aku ingin batalin perjodohan tanpa sepengetahuan kamu” jeffry menjelaskan.

“jee, kita pacaran enggak sebulan dua bulan. Kita pacaran hampir tiga tahun. Kamu tau aku Cuma sayang sama kamu” jeffry melanjutkan.

“kamu tau aku jeff, dari awal kita pacaran kita sudah sepakat buat saling jujur kalau punya masalah, dan sekarang kamu nutupin masalah perjodohan kamu sama clara. Clara itu juga bukan orang luar bagi kita, dia childhood kamu, dia juga teman ku, walaupun enggak dekat” rose berharap kalau ada seseorang membantunya keluar dari situasi sekrang.

“harusnya aku enggak jatuh terlalu dalam buat kamu, kalau aku hanya menjaga jodoh orang lain” rose melanjutkan kalimatnya.

“Roseanna please, aku enggak mau kita pisah gitu aja. Aku dan clara akan cerai” jeffry meraih tangan rose, mencoba meyakinkan gadis itu.

“rosie” Levin memanggil, dia sudah muak mendengar permohonan lelaki yang menggenggam tangan rose itu.

“Levin?” rose melepas tangannya dari jeffry. “lo ngapain?”

“nongkrong sama trio keong” Levin terkekah “urusan lo udah selesai?, biar gue antar pulang”

“lo siapa nya pacar gue?” jeffry menyahut, ia juga menatap levin dengan tajam.

“gue bingung mau bilang posisi gue bagi rosie. Di bilang kenalan kita udah sering nongkrong dan hadir di acara keluarga gue, di bilang teman juga kita baru kenal, gue kakak angkat adik nya rosie, vita. Gue juga mau bilang bukan teman tapi rosie banyak cerita banyak hal dan termasuk tentang lo juga” Levin menjawab, membuat sudut bibir rosie sedikit tertarik.

“rosie enggak suka sama cowok model brandalan kayak lo” jeffry membalas.

Levin mengaku kalau penampilannya malam ini sedikit acak-acakan, jeans robek di bagian lututnya lalu tshirt hitam, dan juga tattoo kecil di sekitar nadi tangan kiri nya. Tapi siapa pun tau kalau hanya dengan tampilan seperti itu lelaki berdarah spanyol itu terlihat panas dn menantang.

“aku enggak ingin jadi penghalang kamu sama clara. Makasih untuk segalanya jeff” rose berkata lalu meraih tangan Levin dan menggenggamnya.

LEVIN AND TRIO KEONG RACUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang