Hujan, Waktu dan Kamu

6 1 2
                                    

Kupandangi tetesan air yang mengalir lewat jendela mobil.
Tetesan air yang kian banyak hingga memenuhi kaca.

Aku tersadar bahwa banyaknya air hujan itu menandakan juga banyak waktu yang terlewati.
Entah terlewat dengan sempurna maupun dengan cacat.

Begitu juga dirimu.
Kau selalu terlewat dalam pikiranku entah dalam keadaan sadar maupun tak sadar bahwa aku sedang memikirkanmu.

Waktu terlewat begitu cepat hingga aku tersadar dan bertanya,

Apa yang kulewatkan?
Apakah dirimu juga terlewat begitu saja hingga aku tak sadar sebentar lagi waktu kita untuk berpisah akan semakin dekat?

Waktu itu terkadang jahat padaku.
Ketika aku ingin sedikit lebih lama denganmu.
Waktu tak mengijinkannya.
Ia seolah tak rela aku bersamamu dalam jangka yang lebih lama.
Mungkin ia cemburu.

Hey, walau waktu tak mengijinkannya
biarlah aku tetap menaruh serpihan dirimu didalam sukmaku.

Aku rela jika aku harus tersakiti oleh serpihan dirimu, yang penting waktu tidak tahu bahwa ada dirimu di dalamku.
Dan hujan tak perlu menggangguku dan serpihan kecil dirimu.

Jika memang sudah tiba saatnya kamu hilang sepenuhnya, aku akan tetap menyimpan serpihan itu.

[14:36]
15.3.19

Perihal KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang