chap 1

8K 532 39
                                    


Jungkook menghabiskan satu gelas bir pertamanya dalam waktu hampir satu menit,sendirian dan sedikit putus asa karena terpaksa melakukan hal yang tidak di sukainya. Hari ini merupakan hari yang sangat sial baginya,masih jelas terngiang gema dari sebelas suara nyaring yang melengking dari otaknya sebelum akhirnya berkembang menjadi sakit kepala. Dan ia beruntung bahwa stadion hanya berjarak empat jam dari kota tempatnya tinggal.

Lelaki itu terjebak di dalam bus dengan berkeringat, merasa putus asa mendengar celotehan para bocah laki-laki yang ironisnya membicarakan suatu hal yang dia benci dengan antusias.

Itu sungguh mengerikan,maka sebagai gantinya lelaki itu menyelinap keluar setelah mengecek kamar hotel dan kemudian berbalik untuk malam ini.
Dan itu semua dia lakukan hanya untuk permainan baseball yang bodoh,bukan museum seni atau taman rekreasi atau theater. Kenapa tidak salah satu dari hal itu yang dia kunjunginya saat libur kerja.

Pahit,Jungkook tidak bisa untuk tidak memikirkan bagaimana Nara dan Namjoon yang kini tengah menikmati hari damai mereka di rumah, mungkin minum sampanye dan tertawa jahat tentang bagaimana mereka dengan keji telah berhasil memaksanya untuk mendampingi tim liga kecil Dean dengan dalih untuk mempererat ikatan ayah-anak.

Dan sejauh ini Dean putranya justru mencoba untuk duduk sejauh mungkin darinya dan terlihat malu saat memperkenalkan kepada teman-temannya bahwa Jungkook adalah ayahnya. Sungguh quality time yang hebat, Nara benar benar berhasil memaksanya kali ini.

Ini adalah hari pertama perjalanan panjang akhir pekan,dan Jungkook berusaha mati matian untuk mengatasinya . Ia menerima bir keduanya dari bartender dan meletakkannya perlahan-lahan diatas meja,mengedarkan pandangannya ke sekeliling bar yang temaram karena berpencahayaan minim. Mencoba untuk tidak berlama-lama menatap wajah atau pantat orang lain.

Meskipun sudah dua tahun sejak perceraiannya - dan dua tahun sejak dia berhenti untuk menindas diri sendiri yang di penuhi kebohongan menyesakkan bahwa dia straight, Jungkook masih merasa gugup berada di sini,sebuah bar gay. Tentang kenyataan yang selama bertahun-tahun dia coba tekan. Lelaki itu masih ingat saat sekolah menengah dulu, ia bahkan pernah mendapat beberapa kali ejekan dan tamparan dari beberapa temannya saat kepergok tengah menatap pantat teman lelakinya.

Kenangan itu sontak membuatnya buru-buru menghindari semua kontak mata dan kembali menatap birnya,seketika tegang seakan dia seperti berusia lima belas tahun seperti dulu.

Namun,cepat-cepat ia mengalihkan ingatan dari masa sekolahnya itu. Mencoba melakukan hal kecil untuk membantunya menghilangkan sakit kepala,melemaskan ketegangan yang melingkar di bahunya,membuatnya melupakan segalanya kecuali dari pertandingan baseball esok hari yang sejujurnya tidak ingin dia tonton.

Jungkook mencoba untuk mendapatkan kenalan disini,itu tidak mudah. Dia terlihat kaku dan canggung. Namun setidaknya seorang Jeon Jungkook itu cukup kaya dan memiliki wajah yang tampan,dia yakin bisa melewati obrolan ringan dengan orang baru alih-alih harus menghabiskan waktu sendirian di bar. Dengan cepat ia menghabiskan bir keduanya untuk mendapatkan sedikit keberanian tambahan,dan akhirnya lelaki itu menemukan seseorang yang menurutnya sepadan dengannya.

Pemuda itu termasuk dalam tipe Jungkook - dengan tubuh langsing, dan rambut berwarna coklat,serta senyum berbahaya yang tampak memikat. Ia duduk di salah satu kursi bar sendirian, menyesap salah satu jenis coktail buah yang bisa mengubah warna lidah dan membuat mulut terasa seperti gula.

Dan seketika Jungkook merasakan dorongan yang mendalam di dalam tulang-tulangnya,merasakan panas yang bergolak di dalam perutnya.

Sambil sedikit gelisah,ia lalu berjalan mendekat dan duduk disamping si rambut coklat, mengabaikan raut wajah pemuda itu yang tampak menatapnya dengan alis bertaut tak suka,dan kemudian memesan minuman lagi untuk dirinya sendiri.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang