Satu

19 5 3
                                    

Gena POV

Harusnya tuh, dihari minggu libur yang penuh dengan kebahagiaan ini, gue tidur-tiduran di rumah, nonton tv, nyemil makanan di ruang tv, dan mandi sekali di sore hari.

Tapi sayangnya, aktivisanya khayalan gue itu harus diskip terlebih dahulu karena,

"Cepet ke lapangan sekarang juga bagong!" Teriak suara di ujung telepon sana.

"Bagong teriak bagong," umpatku

"Cepet gak?!" Ketus Arfa.

"Iya.. iya... waria gila!" gerutuku  sambil mengambil celana olahragaku yang sedang dijemur di depan rumah.

"Wah parah lu, gua giles lu sanpe sini!" -Arfa.

"Bodoamat," balasku di depan handphone

"Sialan lo monyet," gerutu Arfa di ujung sana.

"Udah ah, gak berguna teleponan sama lo, bye!" putusku sepihak, lalu mulai mengganti baju.

Aku memakai baju t-shirt pendek biru dan celena trening olahraga hitam panjang. Lalu berjalan gontai ke arah rak sepatu yang ada di depan rumah, dan mengambil sepatu lari favoritku yang berwarna biru laut, lalu memakainya.

"BI..! GENA, ARFA, SAMA YANG LAIN MAU LARI DULU...! ASSALAMU'ALAIKUM!" Teriak Gena dari depan rumah, sambil berjalan ke pagar rumah.

"IYA NON! HATI-HATI!" Balas Bi Siti dari dalam rumah.

Sudah tiga tahun ini, aku hidup berdua bersama ayah. Ya, aku adalah seorang anak piatu yang pecicilan dan lebih dekat dengan tiga orang sahabat ku, dibandingkan ayahku sendiri.

Saat bundaku masih ada, tak ada hari tanpa menceritakan kejadian yang dialami olehku hari itu pada bunda. Intinya, aku sangat dekat dengan bundaku.

Sebaliknya, aku terlalu kaku pada ayah. Aku jarang sekali mengobrol banyak dengannya, Wijaya Gunawan.

Jadi, selama aku ditinggal oleh almarhumah ibuku, aku hanya bercerita dan berkeluh kesah pada ketiga sahabat priaku yang berpengalaman tinggal di rumah sakit jiwa itu.

Yang tak lain dan tak bukan adalah Arfa, Reksa, dan Refan.

Biar ku ceritakan sedikit tentang mereka.

-Arfa Raditya Birawan.
Manusia berkelamin pria satu itu yang paling cerdas diantara yang lainnya. Bukan berarti yang lainnya bego ya. Cuman si sinting yang satu itu cerdasnya udah dari lahir mungkin.

Yang biasanya laki-laki banyaknya ikut perlombaan olahraga, tapi dia? Sains IPA, cerdas cermat, cerdas cermat Matematika, dan lain-lain.

Intinya, dia tuh cowo, pecicilan, nyiksa (karena kalau lagi gemes gemesnya kalau gak nampar, yang gigit tangan gue_-), dan pinter naudzubillah.

-Reksa Abian Sahputra
Tampang yang paling tinggi derajatnya diantara yang lain. Pinter dipelajaran, tapi bego dimasalah hati. Banyak cewe yang udah dia baperin, dan berharap banyak ke dia. Tapi nyatanya, dia cuma setia sama satu cewe_- keren sih, cuma ya... bikin najong banget.

Dia tuh baik, perhatian, dan selalu nurutin apa yang gue mau. Contohnya, kalau gue lagi di rumah temen, dan pulangnya naik angkot, dengan langkah sejuta ribu, dia jemput dan anterin gue pulang.

-Refansyah Aldino.
Manusia yang paling jutek sepanjang masa itu, selalu memutarkan bola matanya di depan orang-orang yang dia tidak kenal dekat. Anggap saja so' cool.

Tapi... skip dulu so' cool nya.
Karena, jika dia sudah dengan kita, gue, Arfa, dan Reksa, jangan berpikiran kalau dia itu sehat jiwa dan juga raganya.

'BODYGUARD'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang