PROLOG
Ruwa mencoba menarik selimutnya kembali, setelah alarm berbunyi entah untuk kesekian kalinya. Kepalanya terasa sangat pusing, setelah 3 hari ini ia dikejutkan oleh kedatangan dua bocah lelaki. Dia masih berharap ini semua mimpi.
"Bodo amat, bodo amat, bodo amat, gak mau bangun, gak mau.." Bisik Ruwa pada dirinya sendiri, sampai alarm berbunyi sekali lagi bersamaan dengan tangisan bayi yang membuat gendang telinganya terasa ingin pecah. Bertambah dengan suara pecahan kaca yang terdengar di dapur. Ruwa merasa dirinya ingin bunuh diri saja.
Dia menutup telinganya dan tangisan itu bertambah keras seakan ingin sekali gendang telinganya pecah hari ini. Suara alarm semakin terdengar nyaring, serta bunyi pecahan di dapur membuat kepalanya berdenyut.
Ruwa bangun dari acara pura-pura tidurnya dan mengacak rambutnya frustasi.
"Oo God, please..."
"AAAAAAAAAAAAAAAAKKKHHHJH SIALAANNN!!"
Seakan mengerti situasi, suara alarm berhenti bersamaan dengan suara tangisan tadi tidak lagi terdengar. Pecahan kaca di dapur pun sudah senyap.
Ruwa ingin menangis, meratapi dirinya sendiri. Dia rasa hidupnya selama ini biasa-biasa saja. Bagaimana bisa, hari ini dan seterusnya ia harus mengasuh dua orang anak ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby! [Hiatus]
Teen Fiction[ Hiatus ] Ruwa bukan bad girl, bahkan dirinya tidak punya pacar. Dia melakukan semua aktivitasnya dengan normal. Tidak pernah ke club, tidak pernah keluyuran terlalu malam, tidak pernah membuat masalah di sekolah. Hidupnya benar-benar biasa saja, y...