Alexa berdiri menatap satu-satunya kenangan yang tersisa tentang mama papanya, setelah peristiwa kebakaran yang telah merenggut nyawa dua orang yang begitu dikasihinya itu. Lalu setelah terdiam begitu lama, perlahan diletakkannya photo kenangan tersebut ke lemari kecil yang terletak disudut ruangan kamar kosnya, dan segera berjalan menuju ranjang untuk segera tidur, berharap esok paginya hatinya jadi lebih baik setelah kenangan tepat lima tahun kepergian orangtuanya berlalu.
********* *******
"Al, maafkan kita ya udah ingetin kamu sama peristiwa yang menyakitkan itu.""Kita semua sayang kamu, Al. Yang kuat ya. Kamu bisa anggap ibu aku sebagai ibu kamu juga."
Alexa menatap dua sahabat sekaligus rekan kerjanya di toko boneka itu dengan tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku gak pa - pa kok. Gak usah nyalahin diri gitu ah. Aku aja yang terlalu baper. Lagi pula itu kan udah terjadi lima tahun yang lalu."
"Jadi, please bisa kan kalian berdua bersikap biasa lagi seperti kemarin-kemarin." Alexa menatap dua sahabatnya, Milka dan April dengan mata memancarkan ketulusan, dan membuat dua sahabatnya itu segera tersenyum.
"Siap! Anggap aja kemarin kita lagi uji nyali." Ucapan April hanya dibalas jitakan main - main Milka membuat April merenggut dan Alexa tertawa kecil.
Hari itu pun berlalu dengan penuh tawa kegembiraan seperti biasa pada tiga sahabat tersebut, membuat Alexa akhirnya bisa menerima kembali kenyataan bahwa hari kemarin adalah mimpi buruk seperti mimpi buruk di tahun-tahun sebelumnya, dan berharap mimpi itu benar-benar berakhir.********* *******
"Alexa, nanti sore kamu bisa datang kan ke pesta ultahnya mbak Ririn. Katanya diadain di kafe Mungil, itu loh di Mall yang baru aja diresmiin kemarin." April bertanya pada Alexa yang saat itu sedang ngecek persediaan barang di gudang. Alexa yang masih mengecek dari list di tangannya segera menoleh ke arah April dan mengangguk tersenyum.
"Iya, iya. Aku pasti datang dong. Gak enak juga kali kalo gak datang. Mbak Ririn udah begitu baik sama kita."
Ucapan Alexa disambut dengan acungan jempol oleh April.
"Ya udah, aku ke depan dulu. Kasihan Mika sendirian di sana."
Setelah berkata seperti itu, April meninggalkan Alexa yang kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda akibat kedatangan April.
******** ********
Siang itu Alexa memutuskan pergi ke mall baru itu sambil mencari hadiah ulang tahun buat anak mbak Ririn yang baru berusia empat tahun itu.
Setelah berkeliling mall, akhirnya Alexa memutuskan masuk ke toko boneka yang etalase depannya sudah terlihat unik begitu. Saat Alexa baru saja mau masuk ke toko tersebut, bruk...sebuah dada bidang dengan wangi parfum yang terpancar dari tubuhnya menimpa tubuh Alexa yang mungil.
"Maaf. Kamu gak pa-pa kan."
"Maaf, aku terburu-buru tadi sampai gak melihat kehadiran kamu."
" Beneran kan. Tubuh kamu gak ada yang luka."
Suara dengan nada kepanikan itu membuat Alexa yang hendak marah, mengurungkan kemarahannya, dan segera berdiri sambil menatap mata dari orang yang menabraknya.
"Iya. Aku gak pa - pa."
"Permisi."
Suara dengan nada dingin itu sempat membuat kaget, Bara pria yang menabrak Alexa itu.
Dilihatnya kepergian Alexa yang meninggalkan dirinya dengan sikap acuh itu membuat dirinya tertegun sesaat, dan ketika tersadar, wanita yang membuatnya penasaran itu telah menghilang di depannya.
------------------------
Alexa telah bersiap menuju ke pesta ultah anak bosnya dengan gaun cantik yang tadi siang sengaja di belinya di mall tersebut. Wajah cantiknya yang berhias make up minimalis itu segera tersenyum saat dilihatnya April dan Milka yang telah menjemputnya untuk pergi bersama.
"Yuk ah jalan sekarang. Takut kena macet dan keburu kelar pesta ultahnya. Gak enak nanti kita sama mbak Ririn. Disangkanya kita gak niat datang, karena ini cuma ultah anak kecil." Ucap April saat dilihatnya Alexa sedang bersiap mengunci pintu kamar kossannya.
"Duh, sepertinya gak gitu- gitu amat deh bos kita. Mbak Ririn itu gak su'uzon seperti pikiran kamu, Pril." Tukas Milka dengan nada membela itu. Alexa yang melihat perdebatan dua rekan kerjanya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
"Kalian ini, setiap ketemu gak pernah bisa akur ya. Tapi kok bisa bertahan ya jadi temenan." Ucapan Alexa dengan nada ledekan disambut pelototan keduanya.
"Iiih, siapa lagi yang mau temenan sama makhluk seperti dia." Sahut Milka berusaha mengelak ucapan Alexa yang hanya dibalas Alexa dengan kekehan tawanya membuat dua rekan kerjanya itu tambah bete.
"Udah ah. Jangan terlalu lama ngobrolnya. Bisa beneran kita telat di ultahnya Dian."
Ketiga sahabat itu akhirnya bergegas keluar menuju mobil Milka yang terparkir di depan pagar rumah Alexa dengan masing - masing menenteng sebuah kado di tangan mereka.
---------------------------------------
Saat mereka telah tiba di kafe tempat pesta ultah itu diadakan, mereka mendengar suara teriakan anak - anak saat mereka akhirnya memasuki kafe tersebut. Mbak Ririn, bos mereka bertiga menyambut antusias kehadiran tiga anak buahnya tersebut.
"Ah, akhirnya kalian bertiga datang juga. Saya pikir kalian memang sengaja tidak hadir karena ini hanya pesta anak - anak." Ucapan mbak Ririn yang disertai senyuman itu membuat ketiganya menjadi tak enak hati.
"Maaf mbak Ririn, kami terlambat datang, kejebak macet mbak ditambah nih, dua anak ini pakai acara berantem dulu jadi makin telat kita jalannya." Perkataan Alexa yang seakan memprovokasi segera dibalas jitakan pelan Milka, membuat mbak Ririn hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Ah, kalian ini, gak habis - habisnya ribut. Ya sudah, ke dalam sekarang, kadonya sudah ditungguin Dian tuh." Tukas mbak Ririn sambil tangannya menunjuk anaknya yang duduk di bangku dengan hiasan unik sambil tersenyum.
"Siap bos!"
Mereka bertiga pun bergegas menghampiri Dian, yang segera berdiri dengan antusias, saat dilihatnya tiga karyawan mamanya yang memang amat dikenalnya itu, dan tangannya melambaikan seakan meminta untuk mendekat.
"Tante Alexa, tante Milka, tante April. Ke sini tan." Teriakan Dian membuat Alexa bergegas mendekat dan segera mencium pipinya dengan gemas.
"Selamat ulang tahun anak cantik. Panjang umur, sehat selalu dan selalu sayangi mama ya." Ucapan Alexa hanya dibalas anggukan senang Dian.
"Iya tante. Kadonya mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe in Love
RomanceAlexa yang tak percaya cinta, karena cinta pulalah orang -orang terkasihnya meninggalkan dirinya. Pertemuan Alexa dengan seorang Bara akhirnya mampu mengubah pandangannya, bahwa cinta itu tidaklah semenyakitkan seperti yang selalu diyakininya.