12 Oktober 2014

361 68 6
                                    

Jongin semakin mengeratkan jaket yang ia kenakan saat angin malam menerjangnya, membuat rambutnya berantakan. Langkah dipercepat saat melihat halte bus di persimpangan jalan.

"Sial. Aku tidak sadar sudah semalam ini." Gumamnya saat melihat jam di tangannya.

Ia pulang terlambat malam ini karena bertemu dengan Sehun, teman lamanya, saat sedang dalam perjalanan pulang. Otomatis mereka mampir di kedai makanan terdekat lalu mengobrol sampai lupa waktu. Sekarang sudah lewat tengah malam dan ia takut bus terakhir sudah pergi.

Tidak ada orang di halte saat ia sampai. Jongin duduk di kursi, kakinya tidak bisa berhenti bergerak karena cemas. Jika ia sudah ketinggalan bus, artinya ia harus naik taxi (yang harganya terlalu mahal. Jika ia menghabiskan uang di dompetnya untuk itu, ia tidak akan bisa makan siang besok) atau berjalan kaki berkilo-kilometer sampai rumahnya. Jongin tidak suka keduanya.

Seakan menjawab keinginannya, cahaya kuning menyilaukan datang dari sebelah kirinya, membuat ia menyipitkan matanya. Rasanya ia ingin melompat girang saat kendaraan panjang berwarna biru itu berhenti di hadapannya. Segera Jongin menaikinya, ia bahkan tersenyum lebar pada sang supir yang dibalas dengan tatapan aneh olehnya.

Di bus sudah sepi. Hanya ada enam orang yang sebagian besar sudah setengah tertidur. Akhirnya ia memilih duduk di kursi paling depan, disebelah lelaki bertopi hitam yang menutupi seluruh wajahnya. Ia menunduk dan tidak bergerak sama sekali jadi Jongin yakin ia juga sedang tidur.

Selama perjalanan, ia hanya memperhatikan pemandangan di luar jendela, kebiasaannya sejak dulu. Menurutnya, Kota Seoul terlihat paling Indah saat malam hari. Lampu jalan dan cahaya dari kendaraan seakan berkelap-kelip menerangi malam yang gelap. Membuat Jongin tidak bisa melihat apapun selain cahaya kekuningan itu.

Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu dan sebentar lagi bus akan sampai di halte pemberhentiannya. Ia duduk lebih tegap dan bersiap siap untuk turun saat orang yang duduk disebelahnya mulai terbangun. Ia mengusap wajahnya agar menghilangkan kantuk lalu melihat ke sekitar. Jongin masih tidak bisa melihat wajahnya karena topi yang menutupi matanya.

"Kita dimana?" Tanya lelaki itu. Suaranya berat dan serak, mendadak mengingatkan Jongin pada sesuatu.

"Sudah hampir sampai Ujangsan." Jawab Jongin.

"Sial!" Ia mengutuk pelan. "Aku harusnya turun di Sinjeong."

Jongin tertawa dalam hati. Ia sama saja seperti dia, selalu ketiduran di bus. Tapi Jongin tidak mau ketiduran di bus saat sudah tengah malam begini, bisa repot jadinya.

"Kau turun di halte depan saja. Lalu naik taksi kembali ke Sinjeong. Jarinya tidak terlalu jauh."

Pemuda itu mendongak menatap Jongin, sekarang ia bisa melihat jelas wajahnya dan seketika ia mematung. Wajah yang familiar, sama seperti yang ia lihat empat tahun yang lalu. Dan sepertinya bukan hanya dia yang kaget karena lelaki itu juga membulatkan matanya, membuat matanya yang semula sudah besar tambah besar.

"C-Chanyeol hyung?"

Chanyeol masih dalam tahap kegetnya sampai mulutnya terbuka. "Jonginie?" Ia bertanya, alisnya menyatu.

Jongin mengangguk sambil tersenyum kecil. "Iya. Ini Jongin. Kau masih ingat ternyata, hyung."

Chanyeol tertawa. "Wah, ternyata ketiduran dalam bus tidak seburuk itu ya?"

Jongin ikut tertawa. Benar juga.

--o0o--

School Bus [ChanKai] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang