Pertemuan Tak Terduga

18 0 0
                                    

Kira mempercepat langkahnya menuju parkiran motor di gedung Bahasa. Langkah kaki jenjangnya terseok mengejar waktu yang berlari menuju magrib. Setengah menyalahkan diri sendiri, Kira menggerutu. "Andai tadi tak ke fakultas Tehnik dulu, pasti tidak sesore ini. Huh.." rutuknya.

Dari jajaran ATM, nampak parkiran mulai kosong. Tinggal 6 motor. Dan motornya sendirian nun jauh di pojok sana, di bawah bayangan pohon yang mulai gulita. "Apa yang tadi aku pikirkan, kok sampai parkir jauh sekali?" sergahnya. Satpam yang biasa di pintu pos tak nampak. Mungkin sedang patroli di sekitar, sambil mengecek portal-portal yang harus digembok.

Agak lega, ketika akhirnya Kira sampai di kendaraannya. Helmnya pun segera berpindah ke kepala.

"Hai Kira.." sebuah suara ramah menyapa memecah sunyi. Kira agak terlunjak kaget, terlebih ketika menyadari siapa yang menyapa.

"Ha..i.. I.Ivan??" Kira menatapnya tak percaya. Nyaris satu bulan ia berada di kampus ini, sejak Propti hingga kuliah berlangsung, ia berkali-kali sengaja berjalan memutar melewati fakultas Tehnik untuk sekedar membuktikan, bahwa Ivan kuliah di sini, seperti kata kawan-kawannya.. Bahkan sore inipun dia sengaja memutar lewat fakultas Tehnik tadi, hanya untuk itu.. tapi selama itu pula Ivan tak pernah berhasil Ia jumpai..

Kini.. Ivan, 1st love nya saat smp, justru berdiri di hadapannya. Lengkap dengan senyum Marc Marquest berwajah asia.

... wow.. Kira nyaris tak bisa mempercayai pandangannya..

"Hei.. kok senyum-senyum sendiri?" teguran Ivan menyadarkan Kira. Ah.. benar kata mama, kalau jodoh pasti bertemu..

"Haha.. maaf, aku sampai gak percaya melihatmu Van.." Kira tersipu.

"Aku sering mencarimu di MIPA, tapi tak pernah jumpa.."Ivan mengedikkan bahunya. Binar matanya seakan tak ingin berpaling menatap Kira.

"Lho... sama.." hampir saja kalimat itu melompat dari bibir Kira. Ah gengsi, apa kata dunia.. hihi..

Lalu obrolan akrab mengalir begitu saja, hingga azan berkumandang.

"Magrib Van.."

"Ya, sudah magrib. Kamu harus pulang.. " Ivan memamerkan senyumnya yang mampu melelehkan puncak Trenz di Jayawijaya.. Huh..

"Kamu?" Kira nampak enggan beranjak. Rasanya mereka belum puas bertukar rindu.

"Aku juga. Jangan khawatir. Aku pulang seperti biasa.." Ivan mengedipkan matanya dengan jenaka.

Kira ingat, sejak smp Ivan selalu pulang ke rumahnya yang cukup jauh di wilayah Teluk, dengan kendaraan umum ataupun jalan kaki. Padahal keluarganya cukup berada. Latihan prihatin, jawabnya jika ditanya.

"Tapi..." Kira ragu. Area parkir sudah mulai gelap. Tak ada satupun manusia di sana selain mereka berdua.

"Sudah magrib. Kamu harus pulang. Besok kita bertemu lagi di sini lagi ya.. " Ivan tersenyum. Kira mengangguk.

"Jangan lupa Kira. Kutunggu ya besok... hati-hati di jalan. Jangan ngebut! " Ivan seolah menegaskan janjinya. Kira tersenyum mengacungkan jempolnya, sembari mengendalikan jantungnya yang sedari tadi berdegub kencang..

Mamaaa!! Aku bertemu Ivan hari ini.. dan dia mengajakku berjumpa lagi besok.. Kira tersenyum sepanjang jalan. Tiba-tiba, rasanya dunia seperti mandi cahaya..

DejavuWhere stories live. Discover now