bagian 1

5 1 0
                                    

05.00

Senin pagi yang cerah di Kota Semarang. Di sebuah rumah yang udaranya masih bersih, belum terkontaminasi oleh gas - gas beracun kendaraan penyebab efek rumah kaca dan juga asap limbah pabrik penyebab hujan asam.

Tok.. tok.. tok..

"Dek bangun!!! Kamu belom sholat subuh!!!" Suara menggelar Rafa menginterupsi agar adik kesayangannya segera bangun dari tidurnya. Rafa terpaksa membangunkan adiknya yang super pemalas ini karena ayah dan ibunya sedang pergi ke luar kota sejak 2 hari kemarin. Rafa diberi amanat oleh ibunya agar selalu membangunkan sang adik untuk bersekolah.

Adik Rafa menang bisa dikatakan pemalas, bahkan sangat pemalas. Raisha, panggilan akrabnya. Ia bisa menghabiskan liburan akhir pekannya hanya berada di kamar saja, entah untuk membaca novel atau sekadar rebahan saja. Ia akan berjalan keluar kamar apabila merasa lapar dan haus.

"Bentar kak lima menit lagi." Balas Raisha setengah sadar dengan sedikit meregangkan otot tubuhnya.

"Buka dulu pintunya, cepetan!"

"Iya bentar, dasar bawel."

Raisha berjalan gontai menuju pintu membukakan pintu untuk kakak laki - lakinya karena Raisha selalu mengunci pintu kamarnya rapat - rapat. Jika saja hari ini Raisha kedatangan tamu bulanannya mungkin Raisha bisa bangun lebih siang, jam setengah tujuh misalnya.

"Udah bangun nih, sana pergi." usir Raisha dengan suara khas bangun tidur. Satu lagi, jangan lupakan kotoran yang menempel pada kedua sudut matanya. Dasar jorok.

"Buruan ke kamar mandi, ambil wudhu terus sholat subuh" Suruh Rafa tanpa penolakan. Rafa pun bergegas pergi ke kamarnya untuk mandi, namun baru saja ingin berbalik badan Raisha memanggilnya.

"Eh kak bentar deh."

"Apa?"

"Siapin sarapan dong, kan kakak berangkat agak siang hari ini. Yayaya? Nanti aku ulangan lo kak, kalo aku gak fokus ngerjain soal gara - gara kelaparan gimana? Kakak mau tanggung jawab kalo ibu ngomel gara - gara nilai Raisha lolos ikut remidi?" Rayu Raisha pada kakak kesayangannya.

"Hmm yaudah deh iya kakak masakin nasi goreng, mumpung kakak masih baik." Jawab Rafa kepada adiknya. Rafa menang jago dalam hal memasak, bahkan jika di bandingkan dengan Raisha yang perempuan.

"Merci kakak."

"Hmm iya, buruan sholat udah jam segini."

Raisha pun bergegas ke kamar mandi untuk wudhu dan sholat. Setelah selesai sholat Raisha kembali lagi ke kamar mandi untuk mandi. Tadinya Raisha ingin mandi dulu baru kemudian wudhu dan sholat namun Raisha takut waktu sholatnya terlalu siang. Sedangkan Rafa tidak jadi pergi mandi karena harus ke dapur untuk menyiapkan sarapan adik kecilnya ini.

06.00

"Dek!! Sarapan udah siap nihh, buruan makan keburu dingin." Teriak Rafa dari bawah dengan volume up.

Raisha berjalan mendekati meja makan dan mengambil sarapan yang sudah dibuatkan kakaknya ini. Raisha selalu suka makanan yang dimasak oleh kakaknya.

"Kakak tinggal mandi dulu ya, habis itu kita berangkat ke sekolah kamu."

"Kakak masuk siang kan?"

Kakak Raisha, Rafa Yudith Bagaskara kini sedang  duduk di bangku perkuliahan. Ia sekarang masuk ke semester empat. Asal kalian tau, kakak Raisha ini bisa dikatakan sangat pintar. Bagaimana tidak, kakak laki-lakinya ini diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro memalui jalur undangan SNMPTN. Fakultas yang diminati oleh banyak orang di seluruh Indonesia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just HopingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang