Ia menyentuh tanganku. Entah apa yang terjadi, tubuhku gemetar karenanya. Mata birunya sedingin es. Sebuah seringai ia ciptakan.
"Itu dia, kau takut padaku."Aku menggeleng, ingin membantah, tapi ia bahkan tidak membiarkanku untuk itu.
"Aku ingin memperjelas semuanya Laura. Tidak ada yang perlu kau takutkan. Kau tidak harus lari, karena aku akan menemukanmu. Kau milikku. Dan kau terjebak bersamaku."