Sampai juga akhirnya di rumah. Kulihat ada sebuah sepeda motor terparkir di halaman rumah. Terlihat asing bagiku, karena baru pertama kali ini Aku melihatnya. Sepeda motor yang berbeda dengan yang kupunya. Segera Aku turun dan menuju pintu rumah.
"Assalamualaikum..." ucapku sambil mengetuk pintu rumah yang memang sudah terbuka.
"Waalaikumsalam..." jawab orang-orang yang ada di dalam rumah secara serentak.
Kulihat ada bibiku, nenek, kakek, dan seorang perempuan yang asing bagiku. Perempuan yang memakai pakaian kondangan dan sedang menggenggam handphonenya. Kutaksir umurnya sekitar 32. Perempuan itu melihatku dengan tersenyum, kubalas pula senyumannya. Segera Aku menuju dapur untuk menaruh barang belanjaanku.
"Dian, kesini yan!" kudengar suara nenekku menyuruhku ke ruang tamu. Aku langsung menuju ruang tamu.
"Ada apa mak?" tanyaku ketika telah sampai di ruang tamu.
"Salim dulu sini sama ibumu." Kata nenek menyuruhku untuk menyalimi perempuan itu.
Sontak Aku langsung terkejut tapi Aku tak menunjukkannya. Kuturuti perintah nenekku, Aku pun menyaliminya.
"Dian udah besar ya. Kuliah dimana Yan?" tanya perempuan itu kepadaku.
Belum Aku menjawabnya, nenekku langsung menanggapi. "Dian ini lagi seleksi buat dapet beasiswa di Polsri."
Perempuan itu tersenyum. "Alhamdulillah. Semoga diterima yaa Dian!" cetusnya. Lagi-lagi Aku hanya tersenyum.
"Dian, jadi begini. Kamu itu kan udah besar, udah dewasa lah. Kamu sekarang kan udah paham kamu itu gimana. Kamu juga bebas menentukan pilihan, kedepannya mau gimana..." Perempuan itu menghentikan pembicaraannya dan mencoba menarik nafas.
"Ibu dengar Kamu sudah mau kuliah, jadi Kamu tentukanlah apakah mau tinggal disini bersama nenek atau tinggal denganku. Yaa.. Terserah Kamu sih." lanjut perempuan itu.
Kata-kata yang keluar dari mulut perempuan itu memuncakkan emosiku. Ingin kucaci dengan kata-kata yang paling kasar rasanya.
"14 tahun pergi, dan kini kembali tanpa permintaan maaf? 14 tahun nenek mengurusku, dan kini seenaknya saja Kau mau mengambilku darinya? Dulu tangisku mencarimu apa Kau peduli? Kusebut namamu apa Kau datang?" kataku sambil meneteskan air mata. Dibelakangku ada nenekku yang mengusap-usap punggungku untuk membuatku tenang.
"Kau tinggalkan diriku, sedangkan Aku tak tahu apa-apa. Diluar sana orang menuduhku anak durhaka! Anak yang tak peduli orang tua! Tapi siapa yang tak peduli?! Jawab!" Emosiku semakin memuncak namun nenekku tetap berusaha menenangkanku dengan mengusap-usap punggungku.
Perempuan itu hanya diam. Nampaknya dia muak dengan perkataanku. Kulihat Ia memasukkan handphonenya ke dalam tas jinjing miliknya lalu berdiri.
"Yaudah, permisi ya buk. Wassalamualaikum." Perempuan itu pamit dengan nenekku. Ia lalu berjalan keluar dan pergi.
Air mataku jatuh setelah emosi yang memuncak itu. Tangisku pecah, kupeluk tubuh nenekku erat-erat. Tak kusangka, sosok ibu yang kurindukan kehadirannya ternyata bukanlah sosok yang baik. Kembali tanpa permintaan maaf, lalu pergi lagi tanpa rasa bersalah. Aku tak ingin lagi melihatnya, dia bukanlah ibuku. Tak mungkin seorang ibu tega meninggalkan anaknya sendiri. Ibuku yang sebenarnya adalah nenekku, yang mengurusku dari kecil hingga sekarang ini. Nenek yang sangat kucintai dan kusayangi, melebihi dari siapapun di dunia ini. Terserah orang mau bilang diriku durhaka, kini jelas siapa yang durhaka.
~ Selesai ~
YOU ARE READING
Durhaka?
Short StoryCerpen yang berlatarkan kisah hidup yang nyata kualami sebagai anak yang tidak mengenal ibunya sendiri. Kalau banyak yang baca dan suka ceritanya, insyaallah akan saya buat cerita hidup saya yang lainnya