Perasaan tak pernah salah. Perasaan, tak bisa ditahan tapi bisa dikendalikan. Setidaknya itulah yang banyak tertulis di buku-buku roman yang sering ku baca. Benar, sesuatu begitu mudah saat di baca, namun sangat sulit di terapkan dalam kehidupan nyata. Mengendalikan rasa? Ah. Aku bukan pengendali yang hebat. Buktinya perasaan itu masih saja meronta ingin terbalaskan.
"bagaimana mungkin kau menyukai nya? Kurasa kau sedang mabuk" oh. Aku bukan pecandu alkohol. Dia Lana orang yang kuberitahu tentang perasaanku pada seorang lelaki.
"ck kau tahu aku bukan penggila miras"
"kalau begitu lupakan perasaamu. Itu hanya membuatmu nelangsa"
Aku termangu.
"oh Diana, tak ada yang berhasil dalam hubungan sahabat menjadi cinta. Hanya akan membawa luka. Dan semua akan berbeda. Jangan bodoh!"
Aku tak mengindahkan kalimat itu. Rasa menggebu itu membuat ku menutup mata dengan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Perasaan itu hadir karena terbiasa. Lagipula banyak sekali kisah orang yang menikah dengan sahabatnya. Sering sekali hati dan otakku tak sependapat, mereka selalu berbeda dan aku benar di buat kebingungan. Hingga bertahun-tahun lamanya. Sampai akhirnya hari ini tiba. Hanya aku dan dia. Seperti biasa, memang. Tapi dengan rasa yang berbeda, tentu saja.
"aku menyukaimu sebagai pria. Bukan sahabat"
Dan dia hanya diam dengan tatapan yang sama sekali tak ku pahami. Wajah tegas nya hanya datar. Ujung-ujung bibirnya tak terangkat sedikitpun. Padahal selama ini dia tak pernah absen tersenyum padaku. Aku seperti sedang berhadapan dengan orang yang berbeda. Tak ada jawaban sampai beberapa menit berlalu yang dia lakukan hanya diam sembari meneguk teh melati kegemaran nya.
Hingga akhirnya.
"terima kasih" satu kalimat penutup yang tak memberikan apapun. Dia berlalu pergi meninggalkan ku dengan desiran samar di dalam cafe mini.
Aku merasa kosong. Debaran yang sedari tadi ku tahan tak lagi kentara. Hanya menghela napas panjang yang dapat ku lakukan. Pikiranku kalut mencoba memahami keadaan buruk yang aku akibatkan. Nyatanya kisah romansa 'sahabat tapi menikah' tak mungkin aku rasakan. Malah sebaliknya perasaan tak terbalaskan terasa begitu mengilukan.
Jambi, 20.01.19