Lagi-lagi aku di buat melongo karena nya. Pikirku, tak sejalan dengan realita yang ada. Dia memintaku untuk menunggu. Tak terlalu lama? Apanya? Setiap tunggu pasti akan lama, apalagi sesuatu yang semu seperti dirinya. Aku tak berharap lebih, ah bukan kah itu terdengar munafik? Tapi, sungguh. Rasaku padanya dulu hanya sebatas suka, bukan cinta.
Mengutarakan bukan berarti menyatakan. Benarkan? Lantas, jika di minta tunggu. Jelas aku tak bisa. Kali ini, sepertinya dia yang berharap, dan aku seperti wanita jahat.
"tak bisakah kau?" tanya nya.
Aku tak mampu menatap mata sayu itu. Terlalu teduh, tapi aku tak kuasa berbohong pada rasa. "maaf"
Satu kata yang keluar dari mulutku. Bukan, bukan karena aku telah memiliki tambatan hati, tapi karena aku pun tak tahu apa mau nya hati. Berulang kali kucoba yakini, namun ternyata perasaanku padanya hanya sebatas obsesi.
Iya, kini berbeda tentu saja. Aku si gadis yang mengutarakan cinta. Membuat pria bermata sayu berharap dan terluka bersamaan. Sekali lagi, ini bukan perihal ingin atau tidak. Tapi, tentang rasa yang tak pernah ada sebenarnya namun mampu membuatku nelangsa.
Jambi, 23.9.19