"Yirena Anandini?" Mark mengernyitkan dahinya.
"Tinggal ketik susah amat sih," Anne berdecak sebal.
"Aku ngga tau ada anak namanya Yirena Anandini, beneran bukan Herina Andini?" tanya Mark untuk ketiga kalinya dan sudah membuat Anne lelah.
"Ya karena kita beda gedung, Mark. Yirena kan anak IPS, kamu mana pernah ketemu." Anne membereskan berkas-berkas yang sudah tidak dibutuhkan.
"Lagipula Herina kan anak IPA," lanjut Anne sebelum pergi meninggalkan Mark sendiri di ruang jurnal.
Mark menghela napas dan mulai menyalin tulisan tangan milik Anne di komputer. Artikel tentang Yirena ini tidak panjang --tidak sepanjang naskah artikel tentang siswa IPA, tapi Mark masih saja duduk di depan komputer sambil melamun.
"Woi! Melamun aja. Mati masih lama, mending melamunnya nanti kalo sudah mau mati." Haidar berhasil membuat Mark kaget dengan tepukan keras di bahunya.
"Apasih, ganggu banget!" Mark memajukan kursi yang ia duduki, sedangkan Haidar duduk di kursi kosong yang paling dekat dengannya.
"Nih! Dari Dianne, dia lupa kasih," Haechan menyodorkan flashdisk perak dengan bandul planet jupiter ke Mark. Dianne yang dimaksud Haidar adalah Anne.
"Ah! Pantesan ada yang kurang," Mark menerima flashdisk tersebut dengan mata berbinar.
"Sama-sama," ucap Haidar saat Mark memasukkan flashdisk kedalam colokannya.
"Terimakasih" sahut Mark cepat.
Mark segera membuka file dengan nama Yirena dan hanya menemukkan gambar siluet seorang gadis dan suasana saat pidato antar-siswa se-provinsi.
"Ih, apa-apaan coba" Haechan mencibir -- Mewakili Mark yang juga menampakkan wajah kesal.
"Anak IPS memang gila, siapa juga yang mau ngambil anak didiknya lagi," lanjutnya sambil membuka foto siluet gadis.
"Mirip Herina ngga sih?" tanya Mark sambil membenarkan kacamata bulatnya.
"Dikit, tapi bibir Herina ngga gini sih, agak tipis dikit," komentar Haidar.
"Jangan-jangan ini Herina?" tebak asal Mark yang segera mendapat pukulan dari Haidar.
"Anak IPS tolol."
"Iya tau, Tolol" Mark mulai menyalin gambar tersebut kepenyimpanan komputernya.
"Ya ampun, mengihanakan teman sendiri dosa loh!" seru Haidar kesal.
Mark kembali menyelesaikan tugasnya dengan ditemani Haidar yang mulutnya tidak mau diam, emang kembang api Haidar tuh.
Pulang sekolah Mark berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya bersama Haidar. Haidar nya yang maksa, katanya habis ditraktir siomay harus anterin dia pulang, karena Haidar bilangnya pas Mark habis makan dan terlanjur dibayarin, mau ngga mau Mark harus nganterin Haidar pulang dengan selamat.
"Ya terus aku langsung kabur untung aja bu Yuni cuma ngejar sampe bawah tangga aja kalo ngg- - -
"Pelan-pelan deh, Dar, kebiasaan kalo cerita ngga ada titik-komanya" Mark membuang napas kesal.
"Kalo pelan-pelan keburu kamunya nyerobot" ujar Haidar sambil naik ke motor matiknya Mark, padahal yang punya motor belum naik.
Mark memutar bola mata kesal dan menaiki motornya.
"Eh Mark, soal si Yirena, katanya dia dulu anak IPA yang pindah IPS. Rolling sih sebenarnya, ngga tau rollingnya sama siapa" ucap Haidar yang membuat Mark mengerem mendadak motornya, untung memang ada lampu merah.
"Yang bener kamu?" Mark membuka kaca helmnya.
"Iya katanya, aku habis tanya Jasmine" ucap Haidar yang langsung membuat Mark melengos.
"Jangan percaya sama dia. Hoax" kata Mark sambil mengegas motor matiknya menuju perumahan Haidar.
"Kalo aku bener kamu traktir aku mi ayam. Gimana?" tantang Haidar. Mark menelan ludah sebelum menjawab, "Deal!"
Arya Basudewa, "Anne, ini gimana kok ngga mau nyala?"
Dianne Erlita, "Gimana mau nyala kalo habis baterai, Tolol!"