23

724 133 17
                                    

Maaf lama ya? Nih jangan lupa vote +commentnya! ❤.









Ga pernah ada yang menduga, seseorang yang dirasa paling deket, bisa jadi orang yang paling jauh. Semuanya berubah sejak hari itu, disaat dia merasa harga dirinya jatuh pas udah berharap banyak.









"Coba, tembak Nakyung sekarang. Kalau ga bisa, kasih alasannya. Dan inget, ini lu nembak dia bukan karena permainan, tapi hati."

Seisi ruangan menjadi hening, seluruh atensi tertuju pada dua orang yang diminta menyelesaikan dare. Jantung Nakyung berdegup tidak normal, sedangkan Jinyoung menyiapkan kata-kata yang pas untuk ia lontarkan.

"Lama amat Jinㅡ"

"Gua ga bisa."

Haechan yang baru saja ingin berbicara langsung membuka mulutnya lebar-lebar saat Jinyoung memotong ucapannya.

"Apaan?" tanya Hyunjin.

"Maksud lo?" kata Chaeyoung.

"Hah? Kenapa deh, Jin?" Jaemin memasang ekspresi kesal, padahal ia berharap sahabatnya ini taken detik ini juga. Apalagi setelah melihat ekspresi Nakyung yang terkejut dan kecewa, juga menundukan kepalanya.

"Gua belum bisa, ga bisa secepat ini."

Seoyeon menggelengkan kepalanya sambil menatap tajam Jinyoung. Ia tidak habis pikir kalau teman smp-nya ini sangat labil. Kemarin bilang Yireon, lalu Nakyung, sekarang entahlah.

Jinyoung yang menyadari gadis di sampingnya tidak berbicara sedikit pun langsung menolehkan kepalanya. Ia tau, Nakyung pasti sedih dan juga kecewa. Setelah perlakuan manis yang ia beri, ia masih belum bisa memberi kepastian tentang hubungan mereka, apalagi dengan kehadiran mantan.

"Naㅡ"

Ucapan Jinyoung terputus karena gadis itu pergi ke kamar, meninggalkan teman-temannya yang sedang menahan kekesalan pada Jinyoung.









"Nakyung, ayo dong jajan. Lo udah seminggu diem di kelas dan jajan nitip doang," kata Chaeyoung sambil memainkan tangan Nakyung.

"Males ah."

"Jinyoung nanyain lo mulu."

Kepala Nakyung terangkat ketika Hyunjin duduk di bangku depannya dan melontarkan kalimat paling menyebalkan baginya.

"Bodo," jawab Nakyung sambil kembali menelungkupkan wajahnya.

"Dia bilang maaf, bukan mau php. Tapi waktunya ga tepat. Dia pengen ngobrol berdua sama lu."

"Ga usah."

Hyunjin membuang nafasnya dengan berat, ini juga salahnya yang memberikan dare semacam itu. Padahal niatnya ingin membuat dua orang itu jadian, karena Jinyoung sendiri bilang sudah memantapkan hatinya untuk Nakyung di hadapan dirinya dan Seoyeon.

"Naㅡ"

"Hwang Hyunjin, kalo lo cuma mau bahas dia mending pergi jajan nyusul yang lain. Okay? Gue gamau bahas cowok itu," kata Nakyung dengan nada yang lebih tinggi.

Hyunjin mengangguk lalu mengusap puncak kepala Nakyung, ia pun bangkit dari bangkunya dan pergi keluar kelas. Kalau Nakyung udah menyebut nama panjangnya, tandanya gadis itu tidak ingin diganggu.

Ketika ia keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin, dirinya berpapasan dengan oknun yang membuat mantannya galau berhari-hari.

"Jinyoung,"

Keduanya pun menghentikan langkahnya ketika jarak mereka sudah cukup dekat.

"Gua harap kalo lu labil terus, tolong jauhin Nakyung."

Jinyoung hanya menundukan kepalanya, merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan minggu lalu.

"Nakyung itu anaknya ceria, dia kayak gini dulu gara-gara gua. Dan sekarang, gara-gara lu. Kalo cuma mau nyakitin, berhenti. Seperti apa yang dulu lu suruh ke gua."

Hyunjin pun melanjutkan langkahnya ke kantin dan meninggalkan Jinyoung sendirian di sana yang masih bergelut dengan pikirannya sendiri.










Nakyung melangkahkan kakinya dengan lesu sepanjang jalan. Ga lupa dengan headset yang menyumpal telinganya, diisi dengan berbagai lagu dengan genre yang berbeda.

Dia merasa kalau urusan percintaannya saat SMA tidak pernah berjalan mulus. Dulu suka sama Kak Jaehyun, eh keduluan sama Kak Chaeyeon. Kemarin sama Hyunjin, eh ada masalah. Sekarang Jinyoung? Ga jelas.

Tiba tiba ponsel di saku jaketnya bergetar, ia pun mengambilnya dan mengecek siapa yang mengirim chat padanya. Siapa tau penting.

Jinyoung
Liat belakang lu, Na.

Entah mengapa ia malah mengikuti isi chat dari Jinyoung. Saat ia menoleh ke belakang, dilihatnya seorang Bae Jinyoung sedang berdiri beberapa meter di belakangnya.

Rasanya ingin lari untuk kabur dari cowok itu, tapi rasa penasarannya lebih besar. Mengapa Jinyoung mengikutinya?

Jinyoung menempelkan ponsel pada telinganya, kemudian ponsel Nakyung kembali bergetar. Jinyoung baru saja menelfonnya. Ia pun mengangat panggilan masuk itu.

"Gua tau lu hindarin gua bahkan mungkin gamau liat muka gua lagi. Gua tau, gua salah banget dengan apa yang udah gua lakuin. Lu itu cewe, yang emang harus dikasih kepastian. Tapi Na, gua bukan mau gantungin lu."

Ia menjeda omongannya sebentar sambil memperhatikan ekspresi Nakyung.

"Gua harus mikir matang tentang ini semua, karena gua gamau lu berakhir sama seperti Yireon. Gua pengen jaga lu, selalu ada di samping lu, tapi gua gamau ingkar janji suatu hari nanti."

"Tapi detik ini, gua udah mantapin segala hal. Dibantu dengan makian temen-temen lu yang nyadarin gua akan beberapa hal. Mantan ya mantan, gua bukan sayang Yireon dan harapin apa yang dulu terjadi itu terjadi lagi. Bisa kasih gua kesempatan?"

Tidak ada jawaban dari seberang sana, yang ia dapati malah Nakyung yang menunduk lalu berjongkok di sana. Tapi tidak lama kemudian ia mendengar ada isakan kecil di sana.

"Gue gamau bodoh, Jin."

"Gue gamau dibodohin kesekian kalinya."

Setelah melontarkan apa yang ia rasakan, sambungan telfon diputus oleh Jinyoung.

Tapi kemudian ia mendengar suara langkah kaki yang beradu dengan jalanan.

Direngkuhnya tubuh mungil Nakyung ke dalam dekapan Jinyoung.
















































"Anjir drama korea bor!!!"

"Wah gila romantis amat ini duaan."

"Emang si jinyoung harus dipukulin dulu baru sadar."

"Ini kalo dijadiin sinetron lagu ga si?"

"Rencana berhasil ini mah."

"Tinggal tunggu tanggal jadiannya."

"Mau nangis gue nontonnya njir."

Jangan ditanya siapa yang diam-diam menonton adegan tersebut.

Tentu saja para sobat Nakyung dan juga Hyunjin.

Nothing.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang