Gadis dihadapanku ini duduk dengan lemas, sambil menangis. Sementara aku berlutut di depannya. Sorot mataku menatapnya iba.
Kugenggam jemarinya dan berucap, “Jujur saja, aku tidak pernah mencintaimu. Waktu itu aku ... khilaf.”
Lalu, aku terkikik geli. Sementara, gadis ini hanya bisa menangis. Mungkin dia ingin berteriak, menjerit meminta pertolongan. Tapi, sayangnya mulutnya sudah tersumpal kain.
“Ya, aku pikir kamu memang mencintaiku, makanya kamu menerima aku sebagai kekasihmu. Tapi, rupanya aku salah. Kau sama saja, menipuku seperti aku menipumu.
“Tapi, jelas aku tidak sama denganmu. Kamu menjadikan aku barang taruhan, dan kamu berhasil memenangkannya. Kamu menukarku hanya dengan sebuah mobil.”
Aku menarik napas sebentar. “Jelas, apa yang kamu lakukan padaku itu jahat, dan aku tidak bisa menerima itu. Sama saja dengan kamu menghinaku. Sementara aku menipumu hanya sekadar ingin mempunyai teman, lalu balasanmu seperti ini?”
Aku menggeleng pelan, memiringkan muka menatapnya yang merunduk. Mungkin dia menyesal.
“Baiklah. Aku akan melepaskanmu. Lama-lama melihatmu seperti ini, aku jadi kasihan.”
Aku mengambil pisau lipat di saku celana belakangku. Aku menatapnya sekali lagi, beralih menatap pergelangan tangannya. Kugenggam dan siap memotong tali yang mengikatnya.
Ssrrtt
Gadis itu menangis.
“Maaf, aku putuskan nadimu.”
Aku pergi, membiarkannya kehabisan darah.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Miss T(h)is"
Horror"Sesuatu yang terlihat olehmu, belum tentu tidak ada. Sementara apa-apa yang tidak terlihat olehmu belum tentu ada." Lalu, masalahnya di mana?