Lyara Fairyla Yelsha

110 4 0
                                    

🎶 Now Playing :
Fiersa Besari ft. Tantri - Waktu Yang Salah

☆☆☆

Aku sedang membereskan buku-bukuku untuk dimasukkan ke dalam tas, karena bel istirahat sudah berteriak satu menit yang lalu. Namun, suara panggilan dari ambang pintu menginterupsi kegiatanku.

"Lyara! Ada surat buat lo."

Aku langsung menoleh saat suara itu mulai mendekat dan memberikan sepucuk surat kepadaku. Aku menerimanya dengan suka hati, dan tidak ingin bertanya siapa pengirimnya karena aku sudah mengetahuinya dengan baik.

Setelah cewek pengantar surat itu pergi, aku menghela nafas panjang dan memasukkan surat itu ke dalam tas bersamaan dengan bukuku yang lain. Aku mengabaikan sahabatku yang sudah mengoceh disampingku dan mengganggu gendang telingaku.

"Anjir! Lo dapet surat lagi? Tuh cowok emang gak pernah nyerah ya. Kenapa gak lo baca suratnya? Sini gue bacain! Siapa tau nyelip nama gue sebagai sahabat lo dari lahir."

Aku bangun dan menarik tangan sahabatku yang hendak mengambil sepucuk surat dari tasku. "Nanti gue baca kalo udah dirumah." ucapku padanya. Tetapi dia menggeleng tidak setuju.

"Gue belum pernah baca surat-surat lo, penasaran tingkat dewa gue memuncak! Lo kan sahabat gue yang paling the best, nahhh... Gue baca yah surat lo yang satu ini?"

Sahabatku menatap ke manik mataku penuh permohonan, kedua tangannya dia rapatkan, matanya mengerjap-ngerjap sesekali melakukan kedipan.
Tapi aku juga menggeleng tidak terima.

"Engga! Ini privasi gue. Lo gak boleh tau!" ucapku tegas padanya. Namun, dia malah menggeleng dengan cepat sambil memegangi tasku. Kami saling tarik-menarik tas dan menggeleng bersamaan, aku yang sifatnya memang keras kepala tidak akan membiarkan sahabatku mengusik privasi ku.

Aku mendengar helaan nafasnya, mungkin dia lelah beradu tas denganku.
Perlahan dia melepaskan cekalan tangannya dari tasku.

"Lo gak bisa ya sedikit aja ngalah sama gue? Gue cuma tau pengirimnya, dan penasaran banget sama isinya. Lo pelit banget sih!"

Aku melihat ekspresi dia yang mulai kelelahan, memalingkan wajahnya lalu mengerucutkan bibir membuatku ingin tertawa sepuasnya. Namun, aku selalu menahan itu.

"Jangan surat yang ini! Kalo gue dapet surat lagi besok, lo boleh baca."

Sebenarnya aku tidak terlalu tertutup padanya, tapi aku memang selalu sensitif jika berhubungan dengan si pengirim surat itu. Sehingga akan ku biarkan sahabatku itu membaca surat yang akan ku terima lagi besok. Jika memang si pengirim tidak menyerah.
Jika! Tolong garis bawahi.

Hampir setiap hari aku menerima surat dari orang yang sama, semua surat telah aku baca dan aku simpan di sebuah kotak dikamarku. Tetapi, untuk surat yang baru saja sampai aku tidak ingin membukanya, aku berniat membacanya saat dirumah.

"Janji ya lo? Awas aja kalo ingkar."

"Iya, ayo ke kantin! Gue laper."

Aku memegangi perutku yang sudah keroncongan. Sahabat ku hanya mengangguk dengan senyum yang mengembang dan menampakkan gigi kelincinya yang mungil. Sahabatku memang cantik, aku tidak bisa memungkirinya.

Kita berdua berjalan menuju kantin melewati koridor kelas dua belas, semua anak menatap ke arah ku.

Ralat!

Mungkin mereka menatap sahabatku. Karena bisa dibilang, dia adalah most wanted girl di sekolah.
Entah kenapa aku juga mulai terbiasa dibilang cantik oleh mereka, mungkin karena aku bersahabat dengannya.

LyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang