Silver shadow

16 0 0
                                    

"Kiri...kiri... "
"ya... terlalu kiri, kekanan sedikit. "
" stop, sudah cukup. Tapi kelihatan nya kurang keatas, naikan beberapa senti. "
Kedua laki-laki itu menuruti permintaan teman sebaya mereka, Ki Reina. Gadis itu adalah koordinator acara pensi ini. Dia tipe perempuan yang perfecttionis, itu sebabnya dia cerewet sekali. Padahal hanya memasang spanduk , namun tingkahnya seperti sedang memasang lukisan monalisa.
"Ni Raa, apakah kau sudah mencetak proposal nya? "
"sudah, ada diruang osis. Jam pulang sekolah nanti akan kuantarkan padamu. "
"Eoh, baiklah. "
"Ki joon, bagaimana bagian logistik? "
"sudah siap 70%. Tapi ada sedikit masalah. "
"Masalah apa? "
"Kami kekurangan satu mike, seperti nya hilang atau ada yang meminjamnya. "
"Kau selesaikan tugasmu, aku akan mencarinya, aku rasa aku pernah melihatnya dilab.bahasa. "
Seusai Ki Reina mengecek persiapan acara pensi, ia kembali ke kelasnya. Ada tugas lain yang sedang menunggunya disana. Tugas lagi? memikirkannya saja, sudah membuat ia pusing. Entah bisa merampungkan tugas itu atau tidak. Melelahkan.
Ki Reina harus merundukkan kepalanya ketika hendak memasuki ruang kelasnya. Pasalnya, salah satu temannya tengah memasang hiasan yang terbuat dari kertas krep. Pandangan nya menyisir ruang kelas. Semua temannya sedang sibuk mendekorasi ruang kelas. Tapi... tunggu dulu! tidak semua nya. ada seorang murid laki-laki di sudut ruangan. Dia tampak acuh disaat teman-teman nya yang lain sibuk dengan dekorasi kelas. Dia malah asik bermain game di gudget-nya.
"Dasar namja aneh. " dengus Ki Reina seraya menjatuhkan diri dikursinya.
"nugu?" tanya Xiumin yang tidak sengaja mendengar runtukan teman sekelasnya itu.
"siapa lagi?...tentu saja dia." Balas Ki Reina sambil menatap tajam ke arah seseorang yang dimaksud. Xiumin menelusur sorot mata Ki Reina. Ia mendapati seorang murid laki-laki yang memakai kacamata baca tebal dengan bingkai berukuran besar. Rambut lepek yang disisir belah pinggir. Dan barisan gigi yang ditempeli kawat.
"oh...Lay yang kau maksud? Tidak perlu kau tegaskan dengan ucapan. Dia memang aneh. Lihat saja penampilannya."
"dia juga selalu menyendiri. Tidak suka bersosialisasi....ah sudahlah. Kenapa aku malah memperhatikan seseorang yang jelas-jelas tidak pernah peduli kepada kita."
Ki Reina mengeluarkan bahan tugas prakteknya dari dalam laci mejanya. Lampu, kabel, stop contak, dan sebagainya yang berbau listrik. Sekarang, ia siap mengerjakan tugas mata pelajaran fisika.
"kosentrasi! Berfikirlah! Bagaimana caranya membuat benda-benda ini menjadi sebuah sistem." Sugestinya kepada dirinya sendiri.
"Ki Reina!!!" panggil seseorang dari ambang pintu.
"waeeee...?"
"guru kesiswaan ingin bicara denganmu."
"aish...kenapa harus disaat seperti ini?" gerutu Ki Reina.
"pergilah! Aku akan menyelesaikan tugasmu." Kata Xiumin.
"tidak usah, ini tugas individu. Biar aku saja yang mengerjakannya sendiri."
"kau bisa mengumpulkannya besok? Tampaknya kau sangat sibuk hari ini."
"emmm...aku tidak yakin..."
"kalau begitu, serahkan saja padaku."
"Ki Reina cepatlah! Seonsaengnim sedang menunggumu." Teriak temannya lagi.
"baiklah, aku serahkan padamu. Aku pergi dulu."
Dengan berat hati Ki Reina meninggalkan tugasnya. Ia bukanlah tipe orang yang bisa melepas tanggung jawab begitu saja. Namun, disaat mendesak seperti ini...mau tidak mau ia harus melakukannya.

Xiumin menatap bingung benda-benda yang berserakan di meja Ki Reina. Kenapa tadi ia bilang akan mengerjakannya, padahal ia belum tentu bisa melakukannya. Bodoh. Tugasnya saja dibantu oleh kakaknya dirumah. Hah, ini gawat. Didepan gadis itu, ia tidak bisa bilang tidak. perasaannya kepada Ki Reina telah merenggut kesadarannya. Sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dalam kamusnya. Ini gila.
Sebuah panggilan masuk ke ponsel Xiumin. Ia segera menggeser tombol hijau di smartphone-nya, lalu keluar ruang kelas untuk mendapat sedikit ketenangan.

***

On...off...on...off...
Ki Reina mengutak-atik sakelar rangkaian listrik yang berhasil diselesaikan oleh temannya itu. "Hebat, ini bekerja."Katanya seraya memperhatikan lampu-lampu kecil yang disusun paralel.
"Ya! Xiumin,,," panggil Ki Reina sambil melambaikan tangan. Xiumin yang baru saja masuk kelas, membalas sapaan gadis itu. Kemudian ia duduk dikursinya yang berada tepat didepan meja Ki Reina.
"Gomawoyo, berkat kau...aku bisa mengumpulkan tugas ini tepat waktu." Lanjut Ki Reina seraya mencubit kedua pipi Xiumin yang menggrmaskan itu.
"Ahw...hentikan. aku bukan boneka yang kau bisa cubit sana sini." Ringis Xiumin.
"Ki Reina... "
"eoh?"
"sebenarnya aku... "
"ommona, aku lupa, ada sesuatu yang harus aku cari. Aku pergi dulu. Dah. " sela Ki Reina lalu beranjak dari kursinya.
"Ck... padahal aku belum selesai bicara. Dia sudah pergi. "decak Xiumin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Silver shadowWhere stories live. Discover now