KERTAS

103 17 1
                                    

"Cantik-cantik, tukang melamun."

~Fandy~

"Boleh solo, berdua, ataupun berkelompok. Terserah kalian. Asalkan, jangan mengecewakan Ibu ya. Ibu anggap kalian sudah dewasa. Silahkan memilih dan mengatur kelompok kalian masing-masing."
Ucap Bu Hilma guru seni budaya saat menutup pelajarannya.

"Baik Bu!!" jawab semua siswa kompak.

Baru beberapa saat Bu Hilma keluar pintu, suasana kelas mendadak ramai riuh oleh suara mereka yang sibuk mencari kelompok maupun yang sibuk merayu pria.

"Aku sama kamu ya Fandy... Pliissss"
pinta Gisell memelas pada Fandy yang sedari tadi santai di mejanya.

"Sama aku aja Fandy, aku mau kok. Apalagi nikah sama kamu. Mau, pake banget."  pinta Gina mengerlingkan mata dengan sangat genit.

"Daripada sama mereka berdua yang dekil, jelek dan bau, mending sama aku ya Fandy. Nanti kita menyanyi lagu Rossa feat Afgan ya Fandy. Kita cocok loh. Aku tulis ya di depan"  Lita berlari meraih spidol yang berada di atas meja guru dan langsung saja menuliskan namanya dan nama Fandy, diberi lambang love dan di atasnya ditulis Rossa♥Afgan.

"Udah.. Hehe"
Lita kembali menghampiri Fandy sambil mengibas rambut berkecoa nya.

Satu langkah..
Dua langkah..
Tiga langkah...

Srek srek srek...

Dihapusnya tulisan alay tadi oleh Fandy.

Fandy yang sedari tadi geram, mulai angkat bicara.

"Aku lebih memilih sendiri, daripada bersama dengan orang-orang kampungan". Tegas Fandy dengan tatapan tajamnya.

"Galak sekali dia. Huft. Untung tampan" Bisik Gina pada Gisell dan Lita.


Di sudut lain, ada seseorang yang sedari tadi hanya bisa menguping.

Bahkan hanya untuk menatap, Ia tidak sanggup.
Tidak sanggup melihat ketampanan Fandy.

"Banyak sekali fansnya. Terlalu populer"
gumam Keisya putus asa menerima kenyataan sambil menunduk pasrah di bangkunya dengan tatapan sayu.


Tiba-tiba...

"Hei kau yang pakai tas pink! Aku mau bicara!"  panggil seorang pria di belakang Keisya yang suaranya terdengar familiar.

Tak ada jawaban.

"Hei!! Bangun!"  Ucapnya lagi menaikkan nada bicaranya sambil melempar gumpalan kertas pada Keisya.


Keisya terkejut, menengok dan...

"Kau denganku saja"  ucap Fandy.


Keisya mengernyit kebingungan.

"Hm?"  tunjuk Keisya pada dirinya sendiri memastikan apakah benar dirinya yang dipanggil.

"Iya kamu."  jawab Fandy singkat.

"..."  Keisya hanya bengong tanpa menjawab sepatah katapun.

Ia bingung harus merespon apa, bagaimana, dan Ia tidak percaya Fandy memanggilnya.
Bahkan mengajaknya satu kelompok.

Belum mendapat jawaban apapun, Fandy sudah menganggap bahwa jawaban Keisya adalah 'iya'.

"Kenapa dia memilihku? Dari tadi kan banyak wanita yang memohon. Aneh. Kayaknya ini bukan sesuatu yang baik"
Pikiran Keisya sudah kalang kabut.

Ia takut Lita, Gina, dan Gisell melabraknya. Semoga saja itu takkan terjadi...
Semoga...

🍃🍃🍃

TBC (To Be Continue) Gaiiiiiisssss😙

Makasih udah baca😗

Jangan lupa vote dan comment😋

Kalo ada typo juga kasih tau ya😓

Baca kisah selanjutnya😗

SALAM MANIS DARI AKU😘

Babayyyyy

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang