02

59 3 0
                                    

*Abaikan aja gambarnya mungkin gk cocok disitu malem, soalnya sengaja pengen naruh gambar mereka disini😅
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

2 hari kemudian

Sudah dua hari ini Sean tak menemuiku sama sekali. Aku pun tak tau apa yang ia lakukan di luar sana. Dan sudah dua hari ini pula aku sama sekali tidak menghubunginya walaupun hanya lewat sambungan telepon, bukannya apa-apa tapi memang diriku terlalu gengsi untuk menghubunginya terlebih dahulu. Sifat kita berdua memang hampir sama, terlalu gengsi, egois dan keras kepala hingga tak habis pikir mengapa kita masih dapat bersama sejauh ini. Mungkin sudah takdir TuhanHanyut dalam lamunanku hingga tersadar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku. Ya, aku hari ini sedang libur bekerja you know what, this is Sunday.
"Alline kau di dalam? Segera turun untuk sarapan sayang." Terdengar suara lembut mom yang membuatku merasa aneh dan gelisah. Kalian tau kan bagaimana sifat mom aslinya.

Dengan itu aku segera pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi tanpa membalas ucapan mom. Dan segera turun karena ingin tau apa yang sedang terjadi di lantai bawah.

"Good morning baby." Sapa Dad terlalu ramah, dan aku mengetahui kenapa itu terjadi.

"Hei segeralah duduk sayang, tak baik berdiri terus saat calon tunanganmu di sini." Ucap mom secara tiba-tiba yang mana membuat hatiku sakit. Tanpa ingin menimbulkan keributan di pagi hari, diriku langsung saja menuruti perintahnya.
Setelah beberapa menit menyelesaikan sarapan yang membosankan ini, diriku segera bangkit tetapi lenganku tertahan oleh tangan nan hangat. Aku pun  menolehkan kepalaku ke samping dengan melihat mata emeraldnya yang begitu jernih seolah-olah mampu membisukan suasana sekitar.

"Bolehkah aku mengajakmu keluar hari ini? Setidaknya berjalan-jalan menghirup udara segar mungkin." Tanyanya disertai kekehan canggung tak ternilai dimataku.
Seketika aku melirikkan mataku ke mom dan dad yang sudah bersiap menerkamku jika menolak ajakan seorang lelaki tampan dihadapanku ini.

Aku pun menjawab dengan mantap, "Okay, aku akan bersiap- siap terlebih dahulu jika begitu."
Setelah beberapa menit bersiap-siap dan tentunya sedikit berdandan aku turun ke bawah dan melihatnya sedang membaca sebuah koran dengan sedikit kerutan di dahinya yang tak begitu kentara.
"Hei aku telah siap." Ucapku dengan ragu dan sedikit memukul bahunya hingga dia kaget karena terlalu serius dengan sang koran.
"Maaf aku tak berniat untuk mengkagetkanmu."
"Tidak masalah, mungkin aku saja yang terlalu serius pada koran itu hingga tak memperhatikan keadaan sekitar." Balasnya dengan kekehan ringan. Dalam hati ku berpikir jika dia tak cukup buruk.
Dia sungguh manis, saat sampai depan mobilnya dan ingin memasuki ia dengan sopan membukakan pintu seolah diriku adalah seorang ratu. Saat ia mengitari mobil menuju kursi kemudi dan menyalakan mesin serta ketahuan mencuri pandang diriku hingga wajahnya sedikit menyembulkan semburat kemerahan. Kupikir itu adalah hal yang lucu saat mengetahuinya kepergok melihatku, Sean pun tak pernah melakukan hal itu karena dia type orang yang terang-terangan dan tentunnya beringas.
"Apakah kau mempunyai ide untuk berjalan-jalan kemana?" Tanya pria ini dengan memecahkan keheningan beberapa menit sebelumnya, bahkan aku tak tau nama pria bermata indah disampingku ini.
"Uhmmm... Aku tak tau, terserah kau saja yang terpenting tempat itu menenangkan dan nyaman untukku." Jawabku kepadanya dan tak lupa sebuah senyuman yang kuperuntukkan tanda keramahan kepada seseorang tak dikenal.
"Baik, aku tau tempat seperti itu." Gumam pria itu yang tak sengaja kudengar.

Satu jam kemudian

Dengan lama perjalanan yang hampir memakan waktu satu jam lebih akhirmya kita berdua sampai di tempat tujuan, ya maksudku tempat pria yang dituju ini karena dia yang tau tempat ini. Sungguh indah tempat ini yang seketika membuatku melupakan bayang-bayang akan Sean, kekasih beringasku. Disini sungguh menenangkan dan sejuk apalagi di depan sana ada sebuah danau yang airnya begitu jernih tak tersentuh. Ah sepertinya sangat enak jika berenang disana, tapi aku tak bisa karena itu menunjukkan kebodohanku di depan pria yang masih tak ku ketahui namanya ini. Karena kita harus tetap elegan di depan seorang lelaki berwibawa itulah yang diajarkan mom kepadaku.
"Aku tau namamu Alline. Apa kau tak ingin memgetahui namaku?" Deg.. ucapnya secara tiba-tiba.
"E-eh iya? K-kalau begitu siapa namamu. Maaf aku l-lupa menanyakannya kepadamu." Kataku dengan sedikit malu.
"Well.. Aku Dylan Sprouse. Tak usah malu begitu santai saja denganku." Ucap Dylan yang namanya baru kuketahui beberapa detik yang lalu ini dengan tawa beriramanya.
"Ya, Dylan nama yang bagus untuk orang sepertimu." Senyumku kepada Dylan.
"Kau bekerja dimana jika boleh tau?" Sambungku dengan penasaran.
"Mmm.. Aku baru meneruskan perusahaan Dad-ku sekitar dua bulan yang lalu karena aku masih dibilang fresh menjadi alumni mahasiswa Harvard University." Kekehnya dengan malu-malu.
"Ohh my god... Kau sangat pintar jika begitu dan tentu orangtuamu pasti bangga memiliki anak sepertimu." Ucap diriku dengan mata berbinar saat menatapnya.
"Ah tidak itu sudah sangat biasa saja dan menjadi tuntutanku karena ibuku mengajar sebagai dosen di universitas itu. Dan keluargaku memang lulusan Harvard jadi ya tak perlu dibanggakan lagi." Jelas Dylan dengan rendah hati.

~~~~~

Saat tengah hari kita kembali lagi ke rumahku, tetapi Dylan tak mampir karena dia harus cepat pergi ke mansion untuk memenuhi panggilan seseorang di teleponnya tadi. Entah mengapa hari ini begitu menyenangkan dan terkesan memuaskan untuk diriku sendiri, mungkin karena aku jarang meluangkan waktu berpergian secara santai seperti tadi. Aku juga bingung kenapa tiba-tiba Dylan yang terpatri di dalam otakku.






















Maaf ya update lama, soalnya udh gk mood sama ini cerita mau buat yang baru😪😥

Boleh dong minta vote sama comment 😍







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang