[2/2] Caged Bird

211 27 5
                                    

Es krim di satu tangan dan tangan lain bergelendot manja di lengan kanan Yoongi; begitulah Clair selama beberapa hari ke belakang ini. Pada satu waktu ia akan menengadah ke arah si lelaki demi mengejek si lelaki, kemudian Yoongi akan menubrukkan ujung es krim miliknya ke arah hidung Clair. Clair tentu jengkel, karena bukannya rengekkannya dimengerti malah ia dikerjain, tapi wajah memberengutnya tak tertinggal lama lantaran bekasnya es krim yang tertinggal di atas wajahnya dikecup juga oleh Yoongi.

Rencana Clair yang akan menginap di apartemen sewaan selantai di bawah Yoongi gagal total, mereka malah tinggal satu rumah seperti pasangan muda yang baru menikah. Dengan cermat membagi tugas masing-masing. Clair memasak, terkadang Yoongi membantu—yang sebenarnya hanya memeluk Clair atau—memotong wortel asimetris; urusan beberes kamar di pagi hari dipegang Yoongi karena Clair harus menyiapkan sereal, setelah itu mereka lari pagi bersama; dan seribu rutinitas lain. Kalau Yoongi tengah kuliah, Clair biasanya menunggu di kafe kesukaan si lelaki sampai denting bel menghadirkan wajah Yoongi yang ceria, atau kalau memang bosan ia menunggu saja di kamar dengan lingerie mahal.

Lantas setelah beberapa matahari terbit mereka lewati, Clair tertegun kala netranya bersirobok dengan salah satu potret berpigura putih—Yoongi dan Ashley. Gadis itu menarik oksigen dalam-dalam sebelum ditampar oleh realita bahwa Yoongi sudah memiliki yang terbaik dan begitu pula dirinya yang kini tengah egois. Pun ia meremang beberapa memorinya, mengingat kalau dirinya dan Yoongi sama sekali tidak pernah berbagi senyum untuk diabadikan di dalam secarik kertas.

"Clarice," panggil Yoongi setelah suara debuman pintu cukup keras terdengar dari luar kamar.

Buru-buru Clair menghampiri si mantan pacar di luar kamar dan memberinya pelukan—menyambut hangat yang pernah ia sebut sebagai rumah.

"Breakfast outside or you wanna make something?" tanyanya sembari membalas pelukan Clair.

"I'm not sure."

Yoongi mengernyit. "Why?"

"Something just coming through my mind ..."

"And that is?"

Bunyi kombinasi tombol ditekan, dua kepala refleks menoleh, kemudian figur seorang wanita menyusul ayunan pintu apartemen si lelaki. "Yoongi?"

Ashley. Wanita itulah yang melewati labirin Clair, tersesat dan berputar. Pasti ini menjadi satu-satunya masa di mana seorang perancang labirin ingin memberikan clue pada pemainnya karena—oh, demi anjing-anjing kesayangan neneknya—Ashley itu wanita tangguh yang masih punya sisi lembut. Kalau dibandingkan dengan Clair, jelas susah siapa yang menang, bukan?

Well, kendati demikian, menang kalah bagi semesta itu bisa saja berbanding terbalik dengan akal manusia. Lantaran sementara mereka semua termenung dengan keadaan yang ada, mata Ashley kentara sekali mengamati lengan Yoongi yang meremas lembut tangan Clair, dan, oh! Lingerie mahal milik Clair—yang agak tembus pandang—menjelaskan begitu banyak hal di mana posisi mereka kini.

Si tamu lekas berbalik, kebingungan bagaimana caranya menutup pintu, sementara suara seraknya merambat di partikel udara. "Maaf, aku tidak tahu kalau kalian sedang ..."

"Ashley!" panggil Yoongi.

Kemudian pintu kembali tertutup.

Ini bukan lagi pigura atau sebuah potret yang bisa di rekayasa, ini adalah sepasang iris lelaki yang kebingungan terhadap keadaan. Dan Clair menyadarinya, ya, Clair tahu. "Apakah ada sesuatu yang tidak aku ketahui, Yoongi?"

"Maksudmu?"

Clair tersenyum lembut. "Aku rasa ada yang perlu kau jelaskan pada temanmu."

"Clair—"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Erroneous EscapeWhere stories live. Discover now