#07

19 1 0
                                    

Happy reading^^

Kresek

Suara pembungkus kripik yang dibuka oleh Viona memenuhi ruangan. Saat ini Viona sedang berada di kamar gue seorang diri. Dikarenakan Syella yang kabur entah kemana tadi sepulang sekolah dan gue yang lagi bermanja ria dengan air di kamar mandi,jadi lah Viona seorang diri di temani laptop dan kripik di tangannya.

"Huh seger banget! Emang kamar mandi tempat paling pas buat nyegerin badan." Seru gue terhadap diri gue sendiri.

"Lo udah setengah jam loh di kamar mandi,gak masuk angin lo?" Tanya Viona sambil mengutak-atik laptopnya dan jangan lupakan kripik yang tengah dikunyahnya.

"Enggak! Seger batt!" Balas gue sambil berjalan ke meja rias gue. Gue mulai dengan mengelap wajah gue yang lembap,dilanjutkan dengan menyisir rambut,dan diakhiri dengan tempolan bedak baby di wajah gue. Dan jangan harapkan gue bakalan memakai liptint,eye linear dan maskara. Sumpah,demi apapun gue gak pandai dan gak mau makai peralatan tersebut.

"Lo jadi ketemuannya?" Tanya Viona.

"Jadi lah." Balas gue sambil berjalan mendekati Viona.

"Jam berapa?" Tanya Viona kembali.

"Entar lag-" Ucapan gue terputus melihat sesuatu yang janggal. "Eh,bentar! Itu kripik gue kan?"

"Iya,kenapa?" Jawab Viona acuh tak acuh.

"Hih,kok dimakan sih? Lo dapat dari mana?"  Tanya gue sambil merampas kripik gue yang telah habis dimakan setengah.

"Dari lemari dapur lah,ya kali nemu kripik di kloset." Jawab Viona asal.

"Ih,lo tau gak ini kripik kesukaan gue!" Bentak gue mulai kesal.

"Ya,selow aja kali,Cak. Biasanya juga gue makan kripik-kripik kesukaan lo,lo biasa aja." Balas Viona takut melihat gue yang mulai garang .

"Yang ini beda! Lo tau gak ini kripik varian   baru dan butuh perjuangan buat dapetinnya! huh." Bentak gue.

"Jangan lebay deh." Ucapnya hati-hati.

"Huh, lo jangan ambil-ambil kripik gue sembarangan deh, gue gak suka."

"Ya,maaf. Perut lagi gue laper."

Gue diam tak membalas perkataan Vyo.

"Em, jadikan perginya? Yok gue temani." Ucap Vyo sambil menutup laptopnya.

"Gak,gue gak mau." Balas gue dengan perasaan yang masih kesal pada Vyo.

"Loh? kok gak mau? Ayo entar Rendy nungguin loh." Ucap Vyo mulai membujuk gue. Bodo amat lah, mau Rendy nunggu kek, apa kek gue gak perduli. Gue masih sebel kripik-kripik cantik gue dimakan, eh pelakunya malah gak perduli gitu.

"Cak..., ayo!" Bujuknya lagi. "Oke kalau gitu, gue aja yang ketemuan sama Rendy. Entar gue bilang ke dia kalau lo suka." Kali ini kalimat Vyo bukan bujukan, lebih tepatnya ancaman.

"Eh, gak ada ya. Lo jangan fitnah deh...." Ucap gue tak terima.

"Fitnah apanya, lo beneran suka kok sama dia. Lagian harus gue ancem lo baru mau balas omongan gue." Kilahnya.

"Lo mah gak enak make ancem-ancem segala. Iya, iya gue pergi." Ucap gue sambil menghentakkan kaki.

•••

"Eh, lo udah sampai? Cepat ya." Sapa Rendy begitu menemukan gue dan Viona di depan gerbang.

"Eh, iya bareng Vyo juga ini." Balas gue sekenanya.

"Masuk yuk! Buk Dina udah di dalam." Ajaknya.

"Eh, anak yang lolos seleksi itu gak di tungguin?"

"Oh, dia udah di dalam sama buk Dina." Balas Rendy. "Ayo!"

Gue dan Vyo mengangguk dan memasuki sekolah. Sebenarnya gue cukup bingung sih, kenapa coba Rendy yang lebih tau masalah lomba cerdas-cermat ini? Dia kan anak baru. Mana lagi yang jadi koordinatornya buk Dina lagi. Udah gitu yang lebih aneh kok bisa buk Dina akrab sama si anak baru ini. Buk Dina kan tipikal orang yang susah banget ramah ke orang lain, kok bisa-bisanya akrab sama Rendy sih? Gak tau ah, makin gue pikirin, makin bingung gue. Bodo amat lah!

"Permisi buk, kami sudah hadir. Sepertinya pengarahan ibu sudah dapat dimulai." Ucap Rendy sopan.

"Oh, sudah sampai? Baik lah mari kita mulai."

"Pastinya kalian sudah tau tujuan  kalian ada di sini kan, oleh karena itu akan ibu mulai saja. Kalian bertiga akan diutus untuk mengikuti lomba cerdas-cermat umum antar sekolah. Selama bertahun-tahun sekolah kita dapat memegang juara pada lomba ini. Walaupun tidak selalu menjadi juara satu, sekolah kita dapat mempertahankan gelar juara setiap tahunnya. Oleh karena itu juga setiap siswa yang dikirim harus melalui tes dan akan di bimbing setidaknya tiga bulan sebelum acara tersebut berlangsung."

Oh.... gue pun ber-oh ria di dalam hati.

Pengarahan pun terus di lanjutkan buk Dina. Akhirnya buk Dina mengakhiri pengarahannya setelah memberikan beberapa topik yang harus di pelajari. Dan buk Dina sudah membagi pelajaran apa yang harus lebih kami dalami masing-masing. Oleh karena dalam perlombaan tersebut hanya memuat 5 mata pelajaran saja maka salah satu dari kami akan mendapat satu mata pelajaran saja yang akan di dalami. Gue kedapatan 2 mata pelajaran yang harus didalami, yaitu mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia.
Sedangkan Rendy kedapatan mata pelajaran IPA dan Matematika. Sama seperti gue, Rendy juga kedapatan 2 mata pelajaran. Sedangkan si siswa yang lulus testing itu kedapatan Bahasa Inggris. Buk Dina tidak mempercayai siswa itu menggarap 2 mata pelajaran sekaligus. Alasan yang di berikan cukup logis namun sedikit menyindir. Buk Dina bilang tidak hanya dengan lulus testing maka dia dapat langsung dipercayai lebih. Mengingat siswa ini juga kurang populer di kalangan guru.

"Baiklah, saya rasa cukup pengarahannya. Kalian dapat melanjutkan dengan diskusi dan belajar bersama sesuai dengan kesepakatan kalian bersama. Saya akan menyampaikan kabar selanjutnya. Baiklah, saya duluan." Ucap buk Dina sembari melangkahkan kaki keluar dari ruangan yang menjadi tempat pengarahan tadi.

"Ok, kapan kita dapat belajar bersama?" Tanya Rendy.

"Gue sih terserah, kapan kalian maunya aja." Jawab gue.

"Oh, kalau menurut gue sih lebih cepat lebih baik. Apalagi kata buk Dina tadi lombanya bakalan berlangsung 3 bulan lagi." Rendy berpendapat.

Gue mengangguk tanda setuju. "Oh iya, kita belum kenalan." Sapa gue pada si siswi yang lulus testing itu. "Nama gue Clarisya Elena,gue kelas 9-1." Ucap gue sambil mengulurkan tangan.

Uluran tangan gue sama sekali belum di balas oleh siswi tersebut seperti dia enggan untuk menautkan tangannya pada milik gue. Saat gue hendak menurunkan uluran tangan gue dia pun membalas.

"Nama gue Nazwa, gue anak 9-3"

Siswi tersebut menyebutkan namanya sambil mengeluarkan sebuah senyuman yang sulit untuk di artikan.

T.B.C

SEE YOU^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Love TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang